Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
Hanya saja, memang kendala terbesar berasal dari faktor cuaca. Jika terjadi hujan lebat, aktivitas penambangan akan berhenti. Otomatis volume produksi penambang akan sedikit menurun. Namun biasanya perusahaan penambang akan menggenjot produksi di musim-musim kering, yakni pada kuartal kedua dan ketiga.
“Barulah di kuartal keempat dan kuartal pertama biasanya produksi agak menurun,” terang Hendy.
Sejumlah ekspansi TEBE juga terus bergulir, diantaranya mengubah pelabuhan batubara menjadi Badan Usaha Pelabuhan (BUP) konsesi. Pengubahan ini guna memperluas cakupan bisnis TEBE.
Baca Juga: Kinerja Emiten Penunjang Jasa Pertambangan Ditopang Kenaikan Harga Batubara
Nantinya, pelabuhan ini tidak hanya mengangkut batubara, tetapi juga bermacam komoditas seperti minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) hingga penumpang (orang).
Saat ini izin perubahan Pelabuhan ini dalam proses di departemen perhubungan, dan diharapkan bisa terealisasi di tahun ini.
Namun, TEBE juga mengurungkan sejumlah rencana bisnis yang pernah digulirkan, salah satunya yakni rencana untuk masuk ke bisnis perdagangan batubara (coal trading). TEBE juga mengurungkan niat untuk memanfaatkan batubara kalori rendah menjadi pupuk asam humat.
Alasannya adalah faktor permintaan yang belum pasti. “Takutnya ketika sudah produksi tetapi permintaannya tidak ada. Saat ini harga batubara sedang bagus dan volume produksi naik, kami berfokus ke sana saja,” tutup Hendy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News