kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Dana Asing Terus Mengalir di Pasar SBN Pasca Kebangkrutan Silicon Valley Bank (SVB)


Kamis, 23 Maret 2023 / 05:05 WIB
Dana Asing Terus Mengalir di Pasar SBN Pasca Kebangkrutan Silicon Valley Bank (SVB)


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pasar obligasi tanah air menguat di tengah gejolak industri perbankan global dan kenaikan suku bunga The Fed. Hal ini tercermin dari aliran masuk (inflow) dana asing yang mengincar Surat Berharga Negara atau Surat Utang Negara (SUN).

Senior Economist Mirae Asset Sekuritas Rully Wisnubroto mencermati bahwa stabilitas industri perbankan akan menjadi prioritas Amerika Serikat (AS) dalam jangka pendek mengingat peran perbankan sangat penting dalam perekonomian suatu negara. 

Dengan demikian, The Fed setidaknya akan menghindari kenaikan suku bunga agresif sebesar 50 basis poin (bps) untuk melonggarkan tekanan pada perbankan.

Seperti diketahui, pengumuman kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) pada 10 Maret 2023 lalu menciptakan kekhawatiran terhadap pasar finansial AS. Di sisi lain, AS masih berjuang untuk menurunkan level inflasi menuju target di bawah 2%.

Baca Juga: Dukung Investasi Berkelanjutan, DIM Berikan Solusi Melalui Pendekatan ESG

Rully mengatakan, pengetatan likuiditas dan adanya kebijakan suku bunga terlebih dahulu akan direspons oleh pasar obligasi. Ini terlihat dari volatilitas pasar surat utang AS yang naik signifikan, lebih tinggi dari pasar saham.

Pada akhirnya, kondisi tersebut mendorong appetite untuk surat berharga negara berkembang termasuk Indonesia. Tengok saja, imbal hasil atau yield US Treasury tenor 2 tahun yang turun signifikan karena sensitivitasnya terhadap kebijakan suku bunga, sedangkan yield SUN tenor 2 tahun tengah mengalami kenaikan yang signifikan.

Sementara, selisih (spread) untuk yield US Treasury 10 tahun dengan SUN tenor 10 tahun tidak begitu besar seperti tenor 2 tahun. Namun ini tetap perkembangan positif yang mendorong tingkat yield Indonesia lebih menarik.

“Adanya sentimen ini seharusnya akan menyebabkan investor asing masuk karena yield SUN lebih menarik dan selisih (spread) dengan obligasi AS itu meningkat,” imbuh dalam webinar Mirae Asset Sekuritas yang digelar, Selasa (21/3).

Jika diamati, aliran dana yang masuk ke pasar obligasi tanah air memang cukup deras setelah munculnya spekulasi The Fed tidak akan naikkan suku bunga secara agresif.

Baca Juga: Tips Investasi Reksadana bagi Investor Moderat

Sementara, pasar saham sedang dilanda kekhawatiran mengenai dampak sistemik runtuhnya SVB yang kemungkinan bisa menekan perbankan di Indonesia.

Mengutip laman resmi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), dana asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) terpantau naik signifikan pasca informasi kebangkrutan SVB di hari Jumat (10/3) lalu. 

Sejak tanggal 10 Maret 2023 hingga 17 Maret 2023, kepemilikan asing di pasar SBN bertambah sekitar Rp 9,62 triliun menjadi Rp 805,78 triliun.

Selain pengaruh dari eksternal, kebijakan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga di level 5,75% membuat prospek SBN lebih baik lagi. Ini akan mendorong daya tarik pasar surat utang tanah air dalam beberapa bulan ke depan atau hingga akhir tahun karena menilai tingkat inflasi sudah terkendali.

Sebagai gambaran, Rully memaparkan bahwa real yield Indonesia saat ini berada di posisi yang menarik. Jika melihat tingkat yield SUN tenor 10 tahun saat ini berkisar 6,68% yang dikurangi dengan tingkat inflasi 5,47% maka menciptakan real yield di level 1,21%. Sedangkan, real yield Amerika Serikat berada di posisi minus 2,67%.

Inflasi Indonesia dianggap masih cukup baik, meskipun ada risiko dalam jangka pendek dan menengah dari kenaikan bahan makanan jelang Ramadan dan lebaran. Tetapi, secara keseluruhan, kenaikan suku bunga BI tidak begitu agresif yang hanya 225 bps atau setengah dari kenaikan suku bunga The Fed sebesar 450 bps.

Baca Juga: IHSG Terus Tertekan, Cermati Strategi Investasi dan Saham Rekomendasi Analis

Selain itu, penguatan nilai tukar rupiah sejak awal tahun turut menjadi katalis positif bagi pasar obligasi Indonesia, disaat indeks dolar AS (DXY) alami depresiasi. Menguatnya rupiah tidak terlepas dari positifnya keuangan negara yang tercermin dari  APBN yang mencetak surplus sebesar Rp 131,8 triliun pada Februari 2023.

Menurut Rully, nilai tukar rupiah saat ini masih akan berada di atas Rp 15.000 per dolar AS.

Namun, apabila terdapat sinyal kuat the fed menghentikan kenaikan suku bunga efek dari tekanan perbankan, maka rupiah cukup optimistis menguat di bawah Rp 15.000 per dolar AS atau tepatnya di Rp 14.855 per dolar AS pada akhir tahun.

“Terjaganya kestabilan rupiah berpotensi mendorong masuknya investor asing ke pasar SBN,” ungkap Rully.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×