Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas |
JAKARTA. Investor asing sudah mulai memasuki pasar modal Indonesia lagi. Pertandanya, kepemilikan asing atas surat obligasi pemerintah mencapai level tertinggi tahun ini sejumlah Rp 250 triliun di akhir Oktober. Sayangnya, sampai saat ini, rupiah terlihat masih lunglai terhadap dollar Amerika Serikat (AS).
Pengamat Ekonomi Universitas Ma Chung Mohammad Doddy Ariefianto mengatakan, rupiah rontok terhadap dollar AS karena jumlah uang yang masuk untuk rupiah masih tidak sebanding dengan kebutuhan dalam negeri atas the Greenback.
"Walaupun neraca perdagangan masih surplus, namun belum bisa menutupi defisit neraca transaksi berjalan," kata Doddy kepada KONTAN, Jumat (2/11). Ia memperkirakan transaksi berjalan masih defisit sekitar 2,3% sampai akhir tahun. Sedangkan rilis data transaksi berjalan di kuartal ketiga, baru akan keluar minggu depan.
Sepekan ke depan (5 Novemver-9 November), Doddy memperkirakan pergerakan rupiah terhadap dollar masih akan terdepresiasi dengan kisaran 9.615-9.650.
Sedangkan untuk hari ini, Kepala Riset Bank BNI, Nurul Etti Nurbaeti memprediksi rupiah akan cenderung melemah antara 9.590-9.640.
Selain itu, meningkatnya likuiditas rupiah di pasar uang diperkirakan bisa mendorong penguatan dolar hari ini. "Bank Indonesia diproyeksikan dapat sewaktu-waktu masuk ke pasar valasĀ untuk meredakan tekanan pelemahan rupiah," ujarnya kembali.
Pagi ini, (USD/IDR) pukul 10.00 WIB, rupiah sempat tergelincir ke 9.628, atau melemah dari level 9.622 di penutupan sebelumnya. Selama hampir sepekan ini, rupiah terus turun terhadap dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News