Reporter: Didik Purwanto, Bernadette Christina Munthe | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Dalam beberapa tahun ke depan, arus dana asing yang masuk ke Asia (capital inflow) akan semakin kuat. Hal itu disebabkan oleh kebijakan capital easing 2 The Fed dan menjadi daya tarik Asia yang menjadi poros ekonomi baru dalam tahun mendatang.
DBS Chief Economist David Carbon menilai, arus dana masuk ini akan berdampak positif pada apresiasi nilai tukar rupiah. "Dengan arus dana asing yang terus mengalir, nilai tukar rupiah bisa terapresiasi terus ke Rp 8.700 atau lebih," ungkap David, Selasa (25/1).
Namun dengan capital inflow tersebut, David menilai, dalam jangka pendek akan mengakibatkan tekanan pada tingkat suku bunga. Kondisi tersebut akan menjadi tantangan untuk bank sentral di Asia dalam meningkatkan suku bunga untuk menekan inflasi.
Oleh karena itu, David menyarankan agar bank sentral dalam mengelola arus dana masuk akan menjadi faktor penting dalam menjaga keseimbangan inflasi dan tingkat suku bunga.
Di tahun ini, DBS memprediksi akan ada kenaikan suku bunga di Asia termasuk Indonesia. "Prediksinya akan naik 150 bps menjadi 8% sampai akhir nanti," tambahnya.
Selain itu, dengan permintaan minyak mentah yang tinggi dari Asia akan mendorong kenaikan harga minyak sebesar US$ 10/barel/tahun dalam 5 tahun mendatang.
"Nilai tukar mata uang di Asia juga bakal menguat 5% per tahun dalam 5 tahun mendatang," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News