Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) mengalap berkah dari meningkatnya harga emas. Kinerja emiten tambang emas ini diproyeksi terus berkilau seiring ekstensifikasi produksi saat harga logam mulia melonjak tinggi.
Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Arinda Izzaty melihat, peningkatan kinerja BRMS tentunya tidak terlepas dari faktor melejitnya harga emas. Dimana, kenaikan harga logam mulia sekitar 33% sejak awal tahun 2024, yang pada akhirnya turut berdampak pada meningkatnya penjualan BRMS.
Arinda mencermati, kenaikan harga emas dipengaruhi oleh ketidakpastian perekonomian global, politik, serta geopolitik.
Harga emas meningkat seiring perekonomian global yang masih kontraksi, meskipun ada secercah harapan dari pemulihan ekonomi di China. Selain itu, ketidakpastian dari Pilpres Amerika Serikat (AS) yang berjalan ketat turut mengerek harga logam kuning.
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham Bumi Resources (BRMS) yang Harganya Terus Meroket
Pemenang dari Pilpres AS yang masih sulit ditentukan menyebabkan dolar kurang diminati, sehingga meningkatkan harga emas sebagai lindung nilai (safe haven). Di samping itu, masih tidak pastinya kondisi geopolitik di Timur Tengah juga menyebabkan harga emas terus melambung naik.
"BRMS sendiri termasuk yang paling menarik dibanding saham emiten penghasil emas lainnya karena memiliki cadangan emas yang besar," kata Arinda kepada Kontan.co.id, Selasa (5/11).
Arinda memaparkan bahwa cadangan emas BRMS mencapai 517 mt, lebih besar dibanding MDKA yang hanya sebesar 415,8 mt. Dari sisi produksi, BRMS juga masih paling unggul yang tercatat sebesar 26.774 Oz per semester I-2024, lebih besar dibanding MDKA yang hanya 25.382 Oz, dan ANTM yang hanya 14.114 Oz.
BRMS juga menarik karena berencana meningkatkan kapasitas produksi emas dan memperluas ke penambangan bawah tanah. Ini menunjukkan komitmen jangka panjang perusahaan dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
Seperti diketahui, BRMS tengah mencari suntikan dana untuk membiayai belanja modal di masa mendatang. Keperluan belanja modal tersebut diantaranya untuk membiayai konstruksi infrastruktur penambangan bawah tanah di Palu, dan kegiatan pengeboran untuk menambah jumlah sumberdaya & cadangan bijih tembaga di tambang tembaga di Gorontalo, Sulawesi.
"Perluasan kapasitas produksi dapat menghasilkan arus kas yang lebih besar dan memperkuat posisi BRMS di pasar," imbuh Arinda.
Arinda menambahkan, daya tarik BRMS lainnya adalah potensi masuk ke indeks seperti LQ45 dan indeks MSCI. Jika BRMS berhasil masuk ke dalam salah satu indeks ini, maka efeknya mungkin akan signifikan karena investor akan melihat BRMS sebagai bagian dari portofolio unggulan di Indonesia.
Analis Indo Premier Sekuritas Ryan Winipta menuturkan, harga saham BRMS setidaknya perlu diperdagangkan di atas Rp360 per saham dengan US$1,3 miliar market cap free float. Namun, level market cap free float yang lebih tinggi di atas US$1,5 miliar atau harga saham di atas Rp 410 saham akan memberikan jaminan yang lebih baik untuk BRMS masuk indeks MSCI.
Baca Juga: Bumi Resources Minerals (BRMS) Keduk Kapasitas Produksi Emas
"Menurut pandangan kami, kemungkinan BRMS masuk indeks MSCI pada Februari 2025 lebih mungkin terjadi, tetapi hanya jika BRMS terus diperdagangkan di atas Rp360 per saham," jelas Ryan dalam riset 24 Oktober 2024.
Dari sisi fundamental, Ryan melihat, BRMS tetap kuat karena adanya peningkatan produksi emas dan potensi pengembangan tembaga di masa mendatang. BRMS sendiri telah menetapkan target produksi emas lebih tinggi dari Citra Palu Minerals (CPM) terutama didorong oleh peningkatan pemanfaatan pabrik carbon in leach (CIL).
Ke depannya, BRMS juga menyebutkan bahwa pabrik tumpukan pencucian (heap leach) akan selesai pada akhir tahun 2024 atau awal 2025. Manajemen BRMS juga meramalkan potensi pengembangan proyek tembaga melalui Gorontalo Minerals (GM), meskipun fokus saat ini akan tetap pada pembukaan cadangan sumber daya emas.
Hanya saja, Ryan belum menyematkan rekomendasi untuk saham BRMS. Arinda juga saat ini masih belum memberikan rekomendasi terbaru untuk BRMS.
Sementara itu, Head of Investment Nawasena Abhipraya Investama, Kiswoyo Adi Joe, menyarankan Buy untuk BRMS dengan target harga di level Rp 500 per saham. Secara teknikal, indikator stochastic dan MACD menunjukkan bahwa BRMS masih berpotensi naik. Selain itu, Candle berada di antara garis tengah dan garis atas bolinger band.
Menurut Kiswoyo, potensi peningkatan harga saham BRMS selaras pula dengan aktivitas produksi emas yang terus naik. Adanya penambahan kapasitas smelter dipandang momentumnya pas karena sedang terjadi lonjakan harga emas.
"Potensi kenaikan harga BRMS masih sangat terbuka, mengingat kinerja fundamental didukung harga emas yang terus melesat," sebut Kiswoyo kepada Kontan.co.id, Selasa (5/11).
Manajamen BRMS mengungkapkan, produksi emas BRMS di kuartal ketiga melonjak dengan kadar yang lebih tinggi dan harga jual rata-rata alias Average Selling Price (ASP) yang meningkat. Bumi Resources Minerals mencatat peningkatan tajam dalam produksi emas yang mencapai 18.622 ons troi di kuartal ketiga yang naik 8,8% qoq.
Dengan hasil tersebut, maka BRMS berhasil memproduksi 45.000 ons troi emas selama Januari – September 2024. Catatan produksi ini telah melampaui target setahun penuh 2024 yang dipatok sebesar 35.000 ons troi, dan juga melewati total produksi tahun lalu yang sebesar 27.000 ons troi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News