Reporter: Rashif Usman | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 214,85 poin atau 3,31% ke 6.270,59 di akhir perdagangan Februari. Dalam sepekan terakhir, IHSG melemah 7,83%.
Head of Research Phintraco Sekuritas, Valdy Kurniawan mengatakan dengan pelemahan tersebut, IHSG mencatatkan pelemahan hingga 11,43% secara tahun berjalan atau year to date.
"Pelemahan tersebut sejalan dengan besarnya akumulasi jual investor asing yang terjadi," kata Valdy dalam risetnya, Jumat (28/2) lalu.
Secara teknikal, terbentuk pelebaran negative slope pada MACD, sehingga IHSG masih berpotensi uji support 6200 di Senin (3/3).
Valdy melihat akumulasi jual investor asing sebelumnya sudah pernah terjadi beberapa kali dalam 10 tahun terakhir. Nilai akumulasi net sell investor asing paling dekat ialah di tahun 2015 dengan posisi pelemahan IHSG sebesar 12,13%.
Baca Juga: IHSG Diprediksi Lanjut Melemah pada Perdagangan Senin (3/3), Ini Sentimennya
Dengan asumsi kembali terjadi net sell investor asing pada perdagangan Jumat (28/2), nilai akumulasi net sell Investor Asing sepanjang 1 Januari 2025 hingga 28 Februari 2025 diperkirakan mencapai level yang sama dengan 2015 tersebut.
Sementara pelemahan IHSG sudah mencapai 11%, hampir sama dengan besarnya pelemahan di tahun 2015 tersebut.
Dengan demikian, pada saat ini IHSG terindikasi mengalami pelemahan yang relatif lebih signifikan dibandingkan dengan akumulasi aksi jual yang terjadi dibandingkan dengan kondisi rata-rata sejak 2013.
Sehingga, terdapat indikasi bahwa kondisi IHSG saat ini tergolong murah. Akan tetapi, terdapat indikasi pula bahwa tekanan jual asing terlalu kuat yang memicu reaksi pelaku pasar tersebut.
"Artinya, pasar masih perlu berhati-hati dengan potensi pelemahan lanjutan apabila aksi jual signifikan investor asing masih berlanjut," ujar Valdy.
Selain itu, Valdy menerangkan dari data ekonomi, pada awal pekan depan Indonesia akan merilis data Inflasi bulan Februari. Inflasi diperkirakan akan lebih rendah menjadi 0.5% YoY di Februari dibandingkan 0.76% YoY di Januari.
Hal ini seiring dengan kebijakan diskon tarif listrik yang diberikan pemerintah untuk bulan Januari dan Februari. Sementara inflasi inti diperkirakan akan meningkat menjadi 2,4% YoY di Februari, dibandingkan 2,36% di Januari.
Baca Juga: Pasar Keuangan Terpuruk, IHSG Ambruk ke 6.270 dan Rupiah Cetak Rekor Terburuk
VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi memperkirakan IHSG untuk perdagangan Senin (3/3) bergerak mixed cenderung melemah dalam rentang level support 6.160 dan resistance 6.450 dengan indikator RSI menunjukkan IHSG masuk ke dalam zona oversold dan MACD menunjukkan pelemahan tren.
Pergerakan IHSG besok dipengaruhi oleh sejumlah sentimen. Dari dalam negeri, pasar menantikan rilis data inflasi Februari 2025 dalam negeri yang diperkirakan tumbuh sebesar 0,5% year on year (yoy) atau melambat dari sebelumnya 0,76% yoy.
"Kami berpandangan jika kembali terjadi deflasi secara bulanan, maka akan berdampak pada pasar seiring dengan daya beli yang melemah, khususnya menghadapi tematik Ramadan," kata Audi kepada Kontan, Jumat (28/2).
Selain itu, laju IHSG juga bakal dipengaruhi oleh depresiasi nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang menjadi sentimen negatif untuk pasar.
Valdy membeberkan saham pilihan untuk pekan depan, antara lain, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB).
Sementara itu, Audi merekomendasikan sejumlah saham untuk dicermati pada perdagangan Senin (3/3), antara lain:
1. PT Avia Avian Tbk (AVIA)
- Rekomendasi: Speculative buy
- Support: Rp 340
- Resistance: Rp 390
2. PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY)
- Rekomendasi: Speculative buy
- Support: Rp 4.300
- Resistance: Rp 4.850
Selanjutnya: 4 Efek Negatif Tidur Setelah Makan Sahur Terkait Kebugaran Tubuh
Menarik Dibaca: Resep Kue Lapis Labu Kuning Tanpa Telur dan Mixer, Cocok Jadi Ide Jualan Takjil
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News