Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten produsen rokok PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dihadapkan dengan kembali naiknya cukai tembakau pada tahun ini. Alhasil, HMSP dinilai harus menaikkan harga jual rokok mereka guna menjaga kinerja di tahun ini masih tetap bisa solid.
Analis MNC Sekuritas Rifqi Ramadhan mengatakan, salah satu cara bagi HMSP untuk bisa memperbaiki kinerja di tahun ini adalah dengan menaikkan average selling price (ASP). Pasalnya, walaupun ada kenaikan cukai tembakau, HMSP secara historis masih bisa membukukan kenaikan pertumbuhan kinerja top line.
Ia mencontohkan, pada kuartal I-2021 silam, ketika pemerintah menaikkan cukai sebesar 12,5%, kinerja topline HMSP masih bisa tumbuh 2,17% secara kuartalan pada kuartal II-2021.
“Kami berharap HMSP masih mampu menaikkan harga sebesar 5%-7% di tahun 2022. Ini akan membuat gross profit margin meningkat yang akan membawa pertumbuhan net profit di tahun ini,” ujar Rifqi ketika dihubungi Kontan.co.id, Selasa (11/1).
Baca Juga: HM Sampoerna (HMSP) Siapkan Inisiatif Hadapi Kenaikan Cukai, Intip Rekomendasinya
Hanya saja, ia cukup mengkhawatirkan terhadap margin HMSP yang terdegradasi akibat naiknya beban biaya, khususnya pada exercise tax cost. Dirinya memproyeksikan area gross margin perseroan untuk tahun ini berada pada area 15,5%, atau lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya di level 20,31%.
Senada, analis CGS CIMB Sekuritas Patricia Gabriella dalam risetnya pada 14 Desember 2021 juga meyakini HMSP perlu menaikkan ASP sebesar 9% secara yoy di tahun 2022. Kenaikan tersebut akan membuat gross profit margin HMSP meningkat 0,4% pt yoy menjadi 18,1%, yang akan membawa pertumbuhan net profit HMSP di tahun ini menjadi 14% yoy.
Di satu sisi, keputusan pemerintah untuk meningkatkan minimum harga eceran rokok sebesar 12% dari kenaikan harga terakhir pada tahun 2020, lalu memangkas layer cukai dari sebelumnya 10 tingkatan menjadi 8 dinilai menjadikan potensi konsolidasi industri yang lebih cepat.
"Kami melihat ini sebagai hal yang positif bagi HMSP karena tekanan dari cukai dan konsolidasi industri seharusnya memungkinkannya terjadinya keseimbangan pangsa pasar dan margin yang lebih baik," terangnya.
Baca Juga: Analis Merekomendasikan Saham Vale Indonesia (INCO), Ini Pertimbangannya
Berdasarkan pemeriksaan CGS CIMB, sebagian besar harga pada merek rokok utama HMSP yaitu Dji Sam Soe (DSS) dan A Mild telah memenuhi 85% dari batas harga eceran minimum yang baru. Oleh sebab itu, Patricia percaya kenaikan harga tahun 2022 akan menjadi pendorong kinerja HMSP dan bukan karena regulasi saja.
Adapun, pada tahun ini, Patricia memperkirakan HMSP bisa membukukan pendapatan Rp 105,21 triliun dengan laba bersih Rp 8,66 triliun.