kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.524.000   9.000   0,59%
  • USD/IDR 16.200   -100,00   -0,62%
  • IDX 7.163   83,30   1,18%
  • KOMPAS100 1.069   11,81   1,12%
  • LQ45 837   10,56   1,28%
  • ISSI 216   0,73   0,34%
  • IDX30 429   5,85   1,38%
  • IDXHIDIV20 517   5,46   1,07%
  • IDX80 122   1,47   1,22%
  • IDXV30 126   0,22   0,17%
  • IDXQ30 143   1,38   0,97%

Analis Merekomendasikan Saham Vale Indonesia (INCO), Ini Pertimbangannya


Selasa, 11 Januari 2022 / 16:54 WIB
Analis Merekomendasikan Saham Vale Indonesia (INCO), Ini Pertimbangannya
ILUSTRASI. pertambangan nikel PT Vale Indonesia Tbk (INCO)


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek PT Vale Indonesia Tbk (INCO) diyakini masih prospektif. Kinerja Vale Indonesia di tahun ini bakal mendapat sentimen dari prospek harga nikel dan rencana pengembangan smelter milik perusahaan.

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Dessy Lapagu memproyeksi volume produksi nikel matte INCO sebesar 79.000 ton atau naik 22,1% secara year-on-year (yoy). Namun, dia juga membuka kemungkinan untuk merevisi turun proyeksi tersebut, seiring proyeksi INCO yang terkait volume produksi yang bakal sama dengan tahun lalu.

Asal tahu, INCO memproyeksikan produksi nikel matte tahun ini akan sama dengan tahun lalu, yakni di kisaran 64.000 ton. Sebab, masih ada proses furnace 4 rebuild yang akan berjalan sampai dengan Mei 2022.

Walau begitu, harga nikel global diperkirakan berpotensi naik. Dessy menyebut, harga nikel global akan berada pada level US$ 19.200 sampai US$ 20.000 per ton pada 2022 dan 2023.

Baca Juga: Vale Indonesia (INCO) Siapkan Capex US$ 120 Juta Tahun Ini

Selain harga nikel, prospek INCO juga ditopang oleh rencana bisnisnya yang berpotensi mendukung sektor kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). INCO berencana untuk mengembangkan fasilitas High Pressure Acid Leach (HPAL) dengan Sumitomo Metal Mining (SMM).

Analis Henan Putihrai Sekuritas Andreas Yordan Tarigan berpandangan, HPAL tersebut dapat membuka jalan bagi INCO untuk bergabung dengan ekosistem EV global. Selain itu, INCO bergerak lebih cepat dari holding baterai atau Indonesia Battery C orporation (IBC) untuk menyelesaikan proyek berkaitan dengan HPAL.

Prospek INCO dinilai atraktif karena memiliki neraca dan struktur modal yang kuat, ditandai dengan posisi kas bersih INCO dengan utang yang rendah.

“Oleh karena itu, INCO akan dapat melaksanakan proyek-proyek besarnya bahkan di tengah situasi harga bahan bakar yang tinggi,” terang Andreas kepada Kontan.co.id, Selasa (11/1).

 

Dus, Henan Putihrai Sekuritas merekomendasikan beli saham INCO dengan target harga Rp 5.600.

Namun, risiko dari rekomendasi ini yakni volume penjualan nikel matte yang lebih rendah dari perkiraan. Selain itu, ada pula proyeksi margin EBITDA 2021 dan 2022 yang lebih tipis dari perkiraan

Senada, Samuel Sekuritas Indonesia mempertahankan rekomendasi beli saham INCO dengan target harga Rp 6.800. Risiko dari investasi ini diantaranya angka produksi yang lebih rendah dari target, pelemahan harga nikel global, dan meningkatnya beban produksi sebagai efek naiknya harga bahan bakar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×