Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. PT Ciputra Property Tbk (CTRP) berencana menerbitkan multicurrency medium term note (MTN) dengan jumlah sebesar-besarnya S$ 200 juta. Surat utang ini nantinya akan dicatatkan pada Bursa Efek Singapura.
Artadinata Djangkar, Direktur merangkap Sekretaris Perusahaan CTRA menyatakan, perseroan telah menandatangani Programme Agreement dengan DBS Bank Ltd terkait rencana penerbitan MTN tersebut.
"Dalam programme agreement belum terdapat ketentuan mengenai jumlah pasti MTN serta jumlah bunga yang akan dibayar perseroan," ungkap Artadinata dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Selasa (20/1).
Lebih lanjut, Artadinata menjelaskan, jumlah pasti MTN dan jumlah bunga akan ditentukan setelah CTRP menandatangani pricing supplement.
Nilai transaksi ini melebihi 20%, namun tidak lebih dari 50% ekuitas perseroan berdasarkan laporan interim konsolidasian per 30 September 2014. Dengan demikian, transaksi ini tergolong transaksi material. Perseroan akan memberikan pengumuman lebih lanjut setelah penandatanganan pricing supplement.
Artadinata juga masih enggan memberi keterangan lebih lanjut mengenai rencana penggunaan dana MTN. "Maaf masih belum bisa memberi komentar lebih jauh," ungkapnya melalui pesan singkat kepada KONTAN.
Kiswoyo Adi Joe, managing partner Investa Saran Mandiri menilai positif jika hasil penerbitan MTN digunakan sebagai modal kerja. Pasalnya, CTRP bisa segera melunasi MTN jika proyek properti yang dikembangkan terjual.
CTRP merupakan salah satu pemain properti terbaik di Indonesia. Anak usaha dari PT Ciputra Development Tbk (CTRA) ini memiliki proyek properti beragam, mulai dari apartemen, rumah, hingga pusat perbelanjaan. Sebagian besar properti CTRP menyasar kalangan menengah ke atas.
Kiswoyo mengatakan, industri properti dalam negeri masih memiliki ruang tumbuh. Apalagi jika program pembangunan infrastruktur pemerintah berjalan dengan lancar. "Jika pembangunan lancar, maka daya beli masyarakat diharapkan naik dan mendorong sektor properti," paparnya.
Meski demikian, Kiswoyo menduga sektor properti tidak bisa tumbuh di atas 10%. "Pertumbuhan ada tetapi tidak akan terlalu besar," imbuhnya.
Di kuartal III-2014 CTRP membukukan pendapatan Rp 1 triliun, nyaris tidak berubah dari periode sama tahun sebelumnya. Sedangkan laba bersihnya turun 33,7% year on year (yoy) menjadi Rp 227,9 miliar.
Menurut Kiswoyo, tahun lalu beban CTRP meningkat lantaran pelemahan nilai tukar rupiah. Maklum, bahan bangunan masih banyak yang diimpor dari luar.
Jika tahun ini rupiah stabil, maka beban CTRP bisa mengecil sehingga mendorong pertumbuhan laba bersih. Kiswoyo merekomendasikan hold CTRP dengan target harga Rp 900 per saham. Selasa (20/1) harga saham CTRP bertengger di level Rp 830 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News