Reporter: Dupla Kartini, Bloomberg | Editor: Dupla Kartini
KUALA LUMPUR. Harga minyak sawit atau crude palm oil (CPO) kian tergerus karena spekulasi peningkatan hasil panen kedelai di Amerika Serikat. Apalagi, pasar juga berspekulasi permintaan minyak nabati bakal berkurang akibat melemahnya pertumbuhan ekonomi global.
Kontrak CPO untuk pengiriman November di Malaysia Derivatives Exchange tumbang 1,4% ke level RM 3.036 atau setara US$ 978 per metrik ton, dan diperdagangkan di RM 3.042 pada pukul 11.55 di Kuala Lumpur.
Pekan lalu, harga kedelai berjangka di Chicago turun paling tajam sejak Maret. Koreksi harga kedelai terpicu sentimen menteri keuangan Eropa yang tidak memberikan indikasi adanya bantuan untuk perbankan di Eropa pada pertemuan terakhirnya.
Harga kedelai juga jatuh karena spekulasi cuaca kering dalam dua pekan ke depan akan mempercepat kematangan tanaman di AS. Negara ini merupakan produsen terbesar kedelai di dunia. Minyak kedelai dan CPO merupakan produk yang saling menggantikan (substitusi).
"Dalam jangka pendek, pasokan kedelai kemungkinan melonjak, sehingga harganya akan merosot. Koreksi lebih lanjut pada harga kedelai bakal menyeret jatuh harga minyak sawit lebih rendah," ujar Arhnue Tan, direktur ECM Libra Capital Sdn.
Kedelai untuk pengiriman November di Chicago Board of Trade turun 0,5% ke US$ 13,4825 per bushel. Sementara, minyak kedelai untuk pengiriman Desember terkoreksi 1% ke level 56,32 cent per pon.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News