Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana Bank Sentral Amerika Serikat (AS) untuk menaikkan suku bunga acuannya diperkirakan bakal membawa sentimen positif terhadap pergerakan harga minyak sawit mentah (CPO). Deddy Yusuf Siregar, analis PT Asia Tradepoint Futures meramalkan penguatan harga CPO bisa bertahan hingga akhir kuartal I 2018.
“Kalau The Federal Reserves menaikkan suku bunga, ringgit akan melemah dan ada potensi CPO menguat,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin.
Meskipun saat ini ringgit terlihat menguat, namun, Deddy menilai tidak akan berlangsung lama. Kebijakan The Fed sudah jelas memberi sinyal akan menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pekan depan. Penguatan dollar AS berpeluang menjadi sinyal positif bagi harga CPO.
Selain itu, CPO juga berpotensi menguat karena peningkatan konsumsi domestik. Sepanjang 2018, Indonesia akan meningkatkan penggunaan minyak kelapa sawit mentah untuk program biodisel sekitar 1 juta ton. Meski nantinya ekspor akan terbatas, tetapi peningkatan konsumsi dalam negeri tetap akan menopang harga.
“Belum lagi menjelang Ramadan sekitar April ada peningkatan permintaan dari Timur Tengah,” imbuh Deddy.
Dalam perhitungannya, apabila pada akhir kuartal I 2018, harga CPO masih berada di bawah level RM 2.400 per metrik ton, CPO kemungkinan akan ditutup pada kisaran RM 2.320-RM 2.400 per metrik ton. Kemudian di kuartal II akan melanjutkan penguatan pada area RM 2.600-RM 2.700 per metrik ton.
Mengutip Bloomberg, Senin (12/3), harga CPO kontrak pengiriman Mei 2018 di Malaysia Derivatives Exchange naik 0,17% ke level RM 2.380 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News