kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

COO Tokocrypto Teguh Kurniawan beralih dari investasi konvensional ke aset kripto


Sabtu, 07 Agustus 2021 / 06:30 WIB
COO Tokocrypto Teguh Kurniawan beralih dari investasi konvensional ke aset kripto


Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Wahyu T.Rahmawati

Saat ini Teguh berpandangan bahwa aset kripto sedang meningkat dengan pesat, terutama di Indonesia. Teguh yang mengutip data Bappebti mengatakan bahwa di tahun 2020 terdapat sebanyak 2,5 juta investor aset kripto di Indonesia. Per Mei 2021 angka tersebut naik menjadi 6,5 juta.

Pesatnya jumlah investor aset kripto beriringan dengan pesatnya nilai transaksi aset kripto saat ini. Data Kementerian Perdagangan menunjukkan, tahun 2020 terdapat Rp 60 triliun nilai transaksi aset kripto di Indonesia. Sedangkan sejak awal tahun sampai Mei 2021, sudah ada Rp 370 triliun nilai transaksi. “Jadi saya dapat simpulkan bahwa iklim investasi di aset kripto itu sangat kondusif di Indonesia, selain regulasinya yang jelas juga likuiditas pasar yang sangat besar,” ujar Teguh.

Dia menilai, aset kripto mempunyai potensi kenaikan harga yang tinggi. Selain itu, berkat dukungan teknologi blockchain, proses pembayaran mata uang digital menjadi cepat, aman, dan mudah.

Walaupun begitu, dia melihat saat ini masih banyak kesalahan yang dilakukan oleh pemula dalam berinvestasi, salah satunya adalah fear of missing out (FOMO). Teguh menilai banyak investor pemula yang terbawa tren dan menggunakan dana panas dalam berinvestasi. Ini bakal merugikan investor.

Baca Juga: Banyak pedagang kripto ilegal, berikut cara memilih pedagang kripto resmi

Teguh mengatakan, investor sebaiknya jangan hanya fokus pada keuntungan yang bisa didapatkan melainkan persiapkan juga untuk kemungkinan terburuknya. “Yang paling penting jangan pernah menggunakan dana panas atau uang bergerak, dana darurat, apalagi dana pinjaman. Gunakanlah dana dingin atau uang mengendap, mungkin juga dana yang sudah dialokasikan untuk investasi,” kata Teguh.

Dia menambahkan, hal yang tidak boleh dilupakan adalah jangan berinvestasi karena terpengaruh omongan orang lain. “Apalagi yang tidak memiliki kapasitas menjelaskan tentang jenis instrumen investasi tersebut,” pungkas Teguh.

Baca Juga: Harga Bitcoin tembus lagi level US$ 40.000, berpeluang ke US$ 48.000

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×