Sumber: Reuters |
JAKARTA. CLSA Asia Pacific Markets mengatakan tarif ritel sewa di Indonesia menanjak setelah beberapa tahun akibat ekspansi bisnis ritel. Di saat yang sama, pasokan ruang kantor masih ketat karena tingginya permintaan.
"Kami melihat pergeseran kekuasaan di pasar ritel, dari penyewa ke operator mal. Setelah beberapa tahun, sewa akhirnya naik, dengan peritel utama Mitra Adiperkasa (MAPI) yang menyerah pada lonjakan harga sewa. Situasi kemungkinan tidak akan berbalik karena permintaan kuat, pasokan berkurang, dan terangkat oleh demografi yang mendukung,” kata analis CLSA Sarina Lesmina dalam laporan risetnya, Jumat (28/9).
Mitra Adiperkasa melaporkan kenaikan melebihi perkiraan dalam pembaharuan harga sewanya untuk lima tahun ke depan. Kenaikan itu mencapai 20%-30%, dibandingkan dengan 15%-20% sebelumnya.
CLSA melihat hal ini mengejutkan karena MAPI menempati 30% mal-mal utama di Indonesia.
Menurut CLSA, kekurangan pasokan kantor juga akut, dengan investasi langsung (FDI) dan ekspansi bisnis yang jadi penggerak permintaannya. Ini akan menekan pertumbuhan sewa.
Walau begitu, di tahun 2014, CLSA memproyeksikan akan tersedia ruangan seluas 447.900 m2. Dengan begitu, kenaikan harga sewa akan lebih moderat, kecuali kalau penyerapan ruangan masih tinggi karena aliran FDI masuk yang deras.
CLSA mengatakan, PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) dan PT Agung Podomoro Tbk (APLN) akan memperoleh porsi tertinggi recurring income dari operasional mal sebesar 95%. Sementara PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) dan PT Alam Sutera Tbk (ASRI) juga akan menambah ruang ritel di kawasan pinggiran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News