Reporter: Djumyati Partawidjaja | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Akhirnya Senin (17/6) DPR mengesahkan revisi APBN 2013 yang berisi paket pengganti subsidi BBM. Walau parlemen ini harus menentukan APBNP 2013 dengan voting, pemerintah bisa memenangkan voting ini. Hanya ada 4 partai yang tidak setuju dan 181 anggota DPR yang menolak usul pemerintah, sementara 338 anggota dan 5 partai menyetujui usul revisi dari pemerintah.
Keputusan ini membuka peluang untuk adanya kenaikan harga BBM bersubsidi di bulan ini. Tanggal kenaikan sendiri memang belum ditentukan. Tapi kalau kenaikan harga BBM ingin bersamaan dengan penyaluran dana bantuan akan membutuhkan beberapa formalitas dulu sebelum bisa terlaksana. Pasalnya, sebelum paket kompensasi ini dicairkan, APBNP 2013 harus ditandatangani untuk menjadi undang-undang. Memang proses ini menurut Helmi Arman Ekonom Citibank dalam risetnya mungkin tak akan lama. Melihat UU sebelumnya, dalam 7 hari rancangan yang sudah disetujui itu harus dikembalikan kepada presiden untuk bisa ditandatangani menjadi UU.
Melihat beberapa proses yang harus dijalankan, dampak inflasi baru akan terlihat di statistik Juli. BPS melakukan survei harga bensin dalam 10 hari pertama di tiap bulan. Jadi kalau pun harga BBM naik di minggu-minggu terakhir Juni ini, dampaknya dalam statistik  mungkin tidak akan benar-benar tecermin dalam angka inflasi Juni.
Selain itu menurut Helmi yang juga harus disoroti adalah negosiasi pemerintah dengan asosiasi penyelenggara transportasi umum berkaitan dengan besarnya kenaikan tarif. Prediksi inflasi 2013 sebesar 8,2% menurut Helmi dengan mengasumsikan adanya kenaikan 15%-20% tarif angkutan umum. Ada risiko kenaikan inflasi lebih tinggi kalau saja ternyata kenaikan tarif lebih tinggi dari yang diasumsikan. Pasalnya tarif bus antarkota masuk dalam komponen core inflation.
Di balik adanya kenaikan tinggi inflasi, menurut Helmi, kenaikan-kenaikan harga yang terjadi bersamaan dengan pengetatan kebijakan moneter dari BI, mungkin akan dilihat secara positif dari sisi kredibilitas kebijakan. Hal ini juga akan mencegah adanya rating negatif dari perusahaan perating. Hal ini juga akan mengurangi tekanan dari defisit current account. Citi memperkirakan dampak positif 0,2% terhadap GDP current account. Dan Indonesia juga akan terlepas dari tekanan adanya aset relokasi. Menurut Citi rupiah terhadap US Dolar akan berkisar di Rp 10.50 dalam 0-3 bulan dan Rp 10.000 dalam 6-12 bulan ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News