kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cisadane Sawit Raya (CSRA) optimistis produksi dapat tumbuh di atas 10%


Rabu, 29 Juli 2020 / 19:01 WIB
Cisadane Sawit Raya (CSRA) optimistis produksi dapat tumbuh di atas 10%
ILUSTRASI. Volume produksi CPO Cisadane Sawit Raya (CSRA) sepanjang 2020 ditargetkan 60.000 ton.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah pandemi Covid-19 dan fluktuasi harga crude palm oil (CPO), PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA) menargetkan kenaikan produksi di atas 10%. Direktur Keuangan CSRA Seman Sendjaja mengatakan, volume produksi tandan buah segar (TBS) sepanjang 2020 ditargetkan dapat mencapai 330.000 ton dan CPO sekitar 60.000 ton.

Berdasarkan catatan Kontan.co.id, CSRA menghasilkan sebanyak 290.548 ton TBS inti dan 47.194 ton CPO pada 2019. Dengan menggunakan perbandingan ini, target produksi yang dipasang CSRA untuk tahun ini menunjukkan pertumbuhan 13,58% untuk TBS dan 27,13% untuk CPO.

Seman yakin CSRA dapat meraih target produksi tersebut karena tanaman yang dimiliki CSRA rata-rata berumur sekitar sepuluh tahun sehingga masih tergolong prime age. "Secara realisasi, produksi TBS kami juga mencatatkan compounded annuel growth rate (tingkat pertumbuhan tahunan majemuk) sebesar 15% dalam empat tahun terakhir," tutur Seman dalam paparan publik virtual, Rabu (29/7).

Baca Juga: Cisadane Sawit Raya (CSRA) sudah serap seluruh dana IPO

Terlebih lagi, penerapan kebijakan pembatasan sosial sebagai respons pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia menurutnya tidak akan mengganggu operasional Cisadane Sawit. Alasannya, kebun-kebun CSRA berlokasi di daerah-daerah yang tingkat kedaruratan pandemi Covid-19 masih jauh di bawah DKI Jakarta. "Sehingga efek dari segi operasional masih tergolong minim," ucap Seman.

Meskipun begitu, Seman mengakui bahwa produksi perkebunan pada kuartal II-2020 berada di bawah target akibat dampak cuaca. Meskipun begitu, dia memprediksi, penurunan produksi ini masih bisa ditopang dengan harga CPO yang belakangan ini kembali membaik

Lebih lanjut, Seman memperkirakan, harga jual CPO pada kuartal III-2020 masih bisa bertahan di level saat ini meski berpotensi turun pada kuartal IV-2020. "Oleh karena itu, lonjakan harga yang terjadi saat ini merupakan kesempatan bagi kami untuk menggenjot produksi," kata dia.

Baca Juga: Kebijakan DMO Sawit perlu pengkajian khusus terutama harga dan kesiapan pelaku usaha

Terkait dengan kinerja keuangan, dia tidak bisa menentukan target pasti, baik dari segi pendapatan maupun laba bersih. Apalagi, harga jual CPO ditentukan oleh permintaan dan penawaran di pasar.

Selain itu, produsen sawit masih menghadapi risiko penurunan harga jual akibat pandemi yang juga masih terjadi di negara-negara konsumen CPO. Seman khawatir, pandemi ini dapat berkecamuk lebih besar sehingga kembali menurunkan permintaan sawit yang otomatis berefek ke harga jual CPO. "Itu akan memukul penjualan dan bottom line kami," ujar Seman.

Sebagai informasi, per kuartal I-2020, penjualan neto CSRA meningkat 34,13% secara year on year (yoy) menjadi Rp 145,61 miliar. CSRA meraup laba bersih Rp 32,5 miliar atau melesat 328,19% yoy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×