Reporter: Vina Elvira | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten kelapa sawit atawa crude palm oil (CPO), PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA) mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 175 miliar - Rp 200 miliar di tahun 2022. Mayoritas dana capex di tahun ini akan digunakan sebagai modal pembangunan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) II di Tapanuli Selatan.
Direktur Keuangan & Pengembangan Strategi Cisadane Sawit Raya Seman Sendjaja memaparkan, progres pembangunan PKS II CSRA baru berjalan sekitar 10%, lantaran masih terbatas pada cut & fill lahan atau persiapan tapak.
Adapun, target operasional PKS kedua CSRA yang akan dioperasikan oleh entitas anak usaha, PT Samukti Karya Lestari ini adalah pada akhir 2022. Kapasitas pabrik anyar ini akan mencapai 45 ton per-jam.
"Capex yang dianggarkan merupakan kombinasi dari pendanaan internal dan fasilitas kredit Bank Mandiri. Sebagian besar digunakan untuk pembangunan Pabrik Kelapa Sawit yang kedua di Tapanuli Selatan," ujar Seman saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (6/1).
Baca Juga: Ekspansi Berlanjut, Cisadane Sawit Raya (CSRA) Merampungkan Pabrik Sawit
Dia melanjutkan, selain sebagai modal pembangunan pabrik baru, capex tahun ini juga digunakan untuk penanaman pada landbank di Sumatra Selatan. Di mana hingga saat ini progresnya sudah berjalan 20% dari sisa total landbank yang ada.
Kedua agenda bisnis yang sedang berjalan tersebut, diharapkan akan memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap kinerja perusahaan untuk ke depannya.
Tak hanya itu, Seman juga bilang, bahwa di tahun ini CSRA tengah melakukan review terhadap satu lahan perkebunan yang berpotensi untuk diakuisisi. Namun, estimasi besaran biaya untuk rencana akuisisi tersebut belum bisa dibeberkan lebih lanjut oleh perusahaan.
"Estimasi besaran biayanya belum dapat kami ekspose berhubung adanya confidential agreement," tutur Seman.
Hingga September tahun lalu, Cisadane tercatat membukukan penjualan neto sebesar Rp 653,03 miliae. Jumlah itu melesat 44,72% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2020 senilai Rp 451,24 miliar.
Dari sisi bottom line, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih ikut terkerek 179,19% menjadi Rp 178,73 miliar.
CSRA memproyeksikan, angka penjualan akhir bisa mendekati angka Rp 900 miliar, dengan net profit after tax senilai Rp 250 miliar pada akhir tahun 2021. Estimasi ini lebih tinggi tiga kali lipat dibandingkan tahun 2020.
"Katalis paling utama atas kenaikan penjualan dan keuntungan ini adalah kenaikan harga CPO. Average Selling Price CPO di awal tahun 2021 adalah di level Rp 9,000 per kg, di mana sekarang ini sudah di level Rp 14,000 per kg, pertumbuhan yang hampir 50%," pungkas Seman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News