Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) bersalin nama menjadi PT Chandra Asri Pacific Tbk. Perubahan ini secara resmi telah mendapatkan persetujuan dari Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia pada tanggal 3 Januari 2024, dan telah memperoleh persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 29 Desember 2023.
Direktur Sumber Daya Manusia dan Urusan Korporat Chandra Asri Suryandi mengatakan, perubahan nama ini dilakukan sebagai bentuk transformasi Perusahaan yang saat ini gencar melakukan diversifikasi portofolio bisnis. TPIA tidak lagi hanya terpaku pada sektor petrokimia, namun telah memperluas cakupan bisnisnya ke sektor penyediaan infrastruktur.
Adapun TPIA memperkuat bisnis dengan ekspansi ke fasilitas infrastruktur inti, yang dilakukan melalui anak usahanya, Chandra Daya Investasi (CDI). Chandra Daya Investasi berfokus untuk menghasilkan keuntungan dalam jangka panjang, stabil, dan berkelanjutan.
Baca Juga: Chandra Asri (TPIA) Alokasikan Capex US$ 400 Juta Tahun Ini, untuk Apa Saja?
Chandra Daya Investasi membawahi tiga lini bisnis infrastruktur. Pertama, bisnis listrik, di mana TPIA berfokus pada pembangkit listrik, distribusi listrik, dan pengembangan energi terbarukan memanfaatkan teknologi solar power.
Kedua, bisnis pengolahan air. Chandra Daya Investasi berfokus pada pengolahan air bersih dan khusus yang telah beroperasi lebih dari 40 tahun. Ketiga, segmen tangki dan dermaga, yang berfokus pada pelayanan tangki dan dermaga untuk produk kimia dan minyak bumi olahan.
Bisnis infrastruktur ini diharapkan bisa mengimbangi volatilitas bisnis inti TPIA, yakni petrokimia. “Petrokimia sangat fluktuatif yang bergantung dari kondisi supply dan demand. Sementara performa bisnis infrastruktur lebih stabil, sehingga akan memberikan offside dari pelemahan bisnis kimia,” kata Suryandi dalam paparan publik insidentil yang digelar Rabu (10/1).
Menurut Suryandi, ada dua faktor utama yang mempengaruhi industri petrokimia saat ini. Pertama, harga bahan baku, yakni minyak mentah memang turun. Akan tetapi, spread margin dari produk petrokimia dipengaruhi oleh konflik geopolitik yang masih berlangsung, sehingga berdampak pada kondisi supply dan demand.
Kedua, pertumbuhan ekonomi China. Negeri Panda ini memegang peranan penting di industri petrokimia.
Terlepas dari dinamika pasar, TPIA berkomitmen untuk melanjutkan rencana pengembangan, khususnya pabrik pabrik CA-EDC. “ Semua ini, termasuk merger and acquisition (M&A) kami percaya diri untuk dijalankan. TPIA memiliki cash yang likuid untuk pengembangan usaha, sekitar US$ 2 miliar,” kata Suryandi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News