Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. PT Chandra Asri Petrochemical Tbk akhirnya meraih pendanaan untuk membeli kembali (buyback) obligasi global. Pada 29 September 2012, emiten petrokimia ini meraih pinjaman senilai US$ 220 juta dari Bangkok Bank Public Company Limited dan The Siam Commercial Bank Public Company Limited.
Untuk mendapat pinjaman itu, Chandra Asri harus menjaminkan aset berupa hak tanggungan tanah, jaminan fidusia atas benda bergerak dan klaim asuransi. Chandra Asri juga menjaminkan gadai rekening dan gadai saham pada anak perusahaan.
Suryandi, Senior Vice-President Corporate Secretary & Investor Relations Chandra Asri menjelaskan, seluruh pinjaman baru itu akan digunakan untuk buyback sisa obligasi global yang diterbitkan anak usahanya, yaitu Altus Capital Pte Ltd senilai US$ 184,98 juta.
Altus Capital menerbitkan obligasi dollar pada 10 Februari 2010 dengan nilai total US$ 230 juta. Per 30 Juni 2012, nilai sisa obligasi yang masih harus dibayar Altus Capital adalah US$ 184,98 juta.
"Seluruh pinjaman untuk buyback obligasi, karena kami juga harus bayar bunga selain nilai par (pokok obligasi)," kata Suryandi kepada KONTAN, Selasa (2/10). Obligasi Altus Capital tercatat di The Singapore Exchange Securities Trading Limited.
Keputusan Chandra Asri membeli obligasi Altus Capital merupakan jurus mengurangi beban keuangan. Maklumlah, obligasi itu memiliki suku bunga yang tinggi, yaitu 12,88% per tahun.
Sedang, pinjaman baru hanya menanggung bunga all-in sebesar 6%, bertenor 7 tahun. "Jadi, ada penghematan beban bunga sekitar separuhnya dengan buyback ini," ujar Suryandi.
Chandra Asri dimungkinkan buyback obligasi Altus Capital yang bakal jatuh tempo 10 Februari 2015. Dalam klausul penerbitan obligasi, Altus Capital dapat membeli kembali seluruh, atau sebagian obligasi dengan harga 100% dari nilai nominal utang.
Untuk buyback, Altus Capital juga mesti membayar bunga yang masih harus dibayar dan yang belum dibayar, pada saat pembelian. Altus harus melakukan buyback sebelum 10 Februari 2013.
Tapi Chandra Asri tidak akan menunggu hingga tenggat waktu itu. Pada 8 Oktober 2012, Chandra Asri bakal menggelar Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO) untuk meminta persetujuan buyback. "Setelah RUPO, kami segera buyback tanpa harus menunggu hingga tahun depan," jelas Suryandi.
Fasilitas pinjaman terbaru dari Bangkok Bank dan The Siam Commercial Bank tersebut, merupakan yang kedua, yang diperoleh Chandra Asri selama satu tahun terakhir. Pada November 2011, Chandra Asri telah meraih pinjaman sindikasi US$ 150 juta dari lima bank yang digawangi DBS Bank Ltd.
Chandra Asri memakai pinjaman itu untuk membiayai pembangunan pabrik butadiena yang dilakukan anak usaha, PT Petrokimia Butadiene Indonesia. Pabrik itu berkapasitas 100.000 ton per hari dengan investasi US$ 120 juta. "Bunga pinjaman itu juga kecil, all in sekitar 6%," terang Suryandi.
Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada, menilai beban keuangan Chandra Asri memang akan turun dengan buyback obligasi Altus Capital. Tapi Chandra Asri tetap menghadapi tantangan cukup berat terutama dari sisi kenaikan biaya bahan baku. "Mereka harus mengimpor bahan baku yang harganya fluktuatif sehingga membebani keuangan," kata Reza.
Per 30 Juni 2012, beban pokok penjualan Chandra Asri naik 8,98% year-on-year menjadi US$ 1,15 miliar. Ini menyebabkan Chandra Asri menderita rugi bersih US$ 44,77 juta di semester I 2012. Di periode sama tahun lalu, Chandra Asri meraup laba US$ 26,32 juta.
Prospek saham Chandra Asri juga kurang bagus. Emiten yang bergerak di sektor petrokimia tak menarik di mata investor. Hal itu menyebabkan laju saham Chandra Asri yang berkode TPIA tidak terlalu atraktif. Saham TPIA hanya bergerak ketika ada momen tertentu seperti informasi laporan keuangan maupun berita ekspansi perusahaan. Harga saham TPIA, Selasa (2/10), ditutup tidak beranjak dari Rp 2.400 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News