kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Cetak Lonjakan Laba Bersih, Simak Rekomendasi Saham Jasa Marga (JSMR)


Rabu, 20 Desember 2023 / 19:10 WIB
Cetak Lonjakan Laba Bersih, Simak Rekomendasi Saham Jasa Marga (JSMR)
ILUSTRASI. Kendaraan melintasi Tol Lingkar Luar Jakarta, Jumat (6/10/2023). ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/rwa.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja positif PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) diperkirakan tetap berlanjut di tahun 2024. Ekspansi penambahan jalan tol baru diharapkan dapat mendongkrak pendapatan JSMR lebih besar lagi.

Analis Trimegah Sekuritas Kharel Devin Fielim dan Alberto Jonas Kusuma melihat prospek pertumbuhan pendapatan yang kuat pada JSMR. Hingga kuartal ketiga 2023, kinerja emiten jalan tol ini telah melewati ekspektasi.

Laba bersih JSMR kuartal ketiga 2023 terpantau sebesar Rp 4,8 triliun, melonjak 641,2% secara kuartalan (QoQ) dan melesat 1672,2% secara tahunan (YoY). Sehingga, laba bersih kumulatif JSMR sebesar Rp 5,97 triliun yang bertumbuh 493,3% YoY selama periode Januari – September 2023.

Kharel menyebutkan, peningkatan laba bersih yang signifikan ini terutama disebabkan oleh adanya keuntungan satu kali (one off gain) dari pembelian kembali unit penyertaan pada Reksadana Penyertaan Terbatas (RDPT) sebesar Rp 4,1 triliun.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham PTPP di Tengah Sentimen Negatif BUMN Karya

Tidak termasuk pendapatan ataupun kerugian lainnya, laba inti (core profit) JSMR dalam sembilan bulan di tahun 2023 melonjak 84,9% YoY menjadi Rp 1,86 triliun. Angka ini melebihi perkiraan Trimegah Sekuritas dan konsensus, masing-masing sekitar 95,4% dan 83,3% untuk proyeksi setahun penuh 2023.

“Kami memperkirakan kinerja core profit JSMR yang kuat akan bertahan di kuartal IV- 2023.  Pendapatan biasanya mencapai puncaknya selama periode ini karena didorong oleh volume lalu lintas yang lebih tinggi berkat libur panjang dan penyesuaian tarif di mayoritas jalan tol,” ungkap Kharel dan Alberto dalam riset tanggal 14 Desember 2023.

Adapun JSMR sukses mempertahankan performa pendapatan hingga kuartal ketiga 2023. Emiten pelat merah ini berhasil mengantongi pendapatan usaha sebesar Rp 11 triliun atau naik 7,7% secara tahunan.

Kharel mengamati, penyelesaian ruas tol Cinere – Serpong seksi 2 berpotensi mendongkrak pendapatan tol JSMR ke depan. Seperti diketahui, JSMR akan menyelesaikan Jalan Tol Cinere - Serpong Seksi 2 yakni Pamulang-Cinere sekitar 3.64 km pada akhir tahun 2023.

Proyek jalan tol Cinere – Serpong seksi 2 diyakini akan memberikan manfaat signifikan terhadap konektivitas di area tersebut karena dapat mengurangi waktu perjalanan dari Pamulang ke Serpong menjadi 5 menit dari sebelumnya 30 menit. Dan juga dari Pamulang ke bandara Soekarno Hatta hingga 15 menit sebelumnya dari 60 menit.

“Dengan dibangunnya jalan tol Kunciran-Serpong dan Serpong-Cinere, maka pendapatan JSMR dari kedua area tersebut diperkirakan masing-masing tumbuh sebesar 20% dan 26%,” imbuhnya.

Jasa Marga (JSMR) adalah operator jalan tol terbesar di Indonesia dengan jalan tol sepanjang 1.260 km di dalam portofolionya. JSMR saat ini mendominasi industri dengan 51% pangsa pasar dari total pasar nasional.

 

Baca Juga: Lalu Lintas Jalan Tol Ramai di Akhir Tahun, Intip Rekomendasi Saham Jasa Marga (JSMR)

Di samping itu, Kharel mencermati, JSMR telah mengalokasikan anggaran belanja modal sebesar Rp 8 triliun – Rp 10 triliun untuk tahun 2024, serupa dengan anggaran 2023. Namun, belanja modal kemungkinan lebih rendah karena tahun politik mendatang yang berpotensi membawa dampak buruk terhadap perlambatan kemajuan konstruksi.

Selain itu, kekhawatiran turut berasal dari finansial tantangan yang dihadapi oleh 4 kontraktor besar BUMN yakni ADHI, WIKA, PTPP, dan WSKT. Ketatnya arus kas emiten-emiten tersebut dan neraca yang substansial dapat meningkatkan risiko penundaan konstruksi.

Oleh karena itu, belanja modal JSMR tahun 2024 – 2025 diperkirakan akan dipertahankan pada kisaran Rp 8 triliun dan rasio gearing di bawah 2,2 kali. Terlebih lagi, manajemen mengarahkan WACD hanya sebesar 6,75%-7% dari panduan sebelumnya di atas 7%.

Trimegah Sekuritas merevisi proyeksi laba bersih JSMR tahun 2023 menjadi Rp 7 triliun dari proyeksi sebelumnya Rp 2 triliun karena adanya one off gain dan volume lalu lintas jalan tol yang lebih tinggi dari perkiraan selama Januari – September 2023.

Perkiraan laba bersih tahun 2024 -2025 juga direvisi masing-masing menjadi Rp 2,9 triliun dan Rp 3,2 triliun dari sebelumnya Rp 2,2 triliun dan 2,5 triliun. Proyeksi tersebut berdasarkan ekspektasi penyelesaian jalan tol Cinere-Serpong seksi 2 yang dapat mendongkrak pendapatan jalan tol JSMR, serta pengelolaan yang terkendali dari rasio gearing (<2,2x) dan WACD.

Kharel melihat adanya rencana perampungan divestasi Jasamarga Transjawa Toll (JTT) di tahun depan dapat mempertebal pemasukan JSMR. Manajemen JSMR memperkirakan divestasi JTT akan selesai pada semester I 2024.

Dengan asumsi JSMR mendivestasikan 30% kepemilikan JTT dengan valuasi 2x Price to Book Value (PBV), maka hal ini bisa menghasilkan dana segar sekitar Rp 13 triliun.

JSMR utamanya akan menggunakan hasil divestasi tersebut untuk penghapusan hutang. Manajemen Jasa Marga memperkirakan perusahaan dapat mengurangi utangnya sebesar Rp Rp 7 triliun atau setara untuk biaya pembiayaan (finance costs) sebesar Rp 500 miliar, dengan asumsi 7% WACD.

Dengan berbagai pertimbangan yang telah disebutkan, Kharel dan Alberto mempertahankan rekomendasi Beli untuk JSMR dan menaikkan target harga menjadi Rp 5.500 per saham dari sebelumnya Rp 4.270 per saham.

Pertimbangan dalam rekomendasi tersebut yaitu JSMR berfungsi sebagai proksi terhadap saham-saham yang sensitif terhadap suku bunga dengan prospek pertumbuhan pendapatan yang kuat, serta belanja modal dan rasio gearing yang terkendali.

Namun tetap waspadai risiko negatif dari belanja belanja modal yang lebih tinggi dari perkiraan dan tingkat WACD. Volume lalu lintas jalan tol yang lebih rendah dari perkiraan dan juga intervensi pemerintah seperti memberikan diskon tarif jalan tol.

Selain itu, meningkatnya kasus Covid-19 baru-baru ini berpotensi menyebabkan pemerintah menerapkan kembali kebijakan pembatasan sosial.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×