kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Cetak kinerja positif, ini isi portofolio reksadana Avrist Ada Kas Mutiara


Senin, 01 Oktober 2018 / 21:25 WIB
Cetak kinerja positif, ini isi portofolio reksadana Avrist Ada Kas Mutiara
ILUSTRASI. Reksadana Avrist Asset Management


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana Avrist Ada Kas Mutiara milik Avrist Asset Management mencetak kinerja tertinggi ketiga di bulan September 2018.

Berdasarkan data Infovesta Utama per Jumat (28/9), reksadana tersebut meraih kinerja 0,48% sepanjang September 2018 dan menempati posisi ketiga tertinggi dalam daftar kinerja reksadana pasar uang. Sementara sejak awal tahun kinerja reksadana ini mencapai 4,13% dan menduduki posisi ke-11.

Head of Investment Avrist Asset Management, Farash Farich mengatakan, kinerja reksadana bisa unggul karena fokus berinvestasi pada deposito perbankan yang memiliki fundamental baik dan yield menarik. Kombinasi di tenor deposito juga membantu meningkatkan kinerja reksadana ini.

Selain fokus di deposito, dana kelolaan reksadana yang mencapai Rp 205 miliar di akhir September ini juga ditempatkan sebesar 10% pada Surat Berharga Negara (SBN) dengan jatuh tempo di bawah satu tahun.

Farash mengatakan mayoritas aset berada di deposito karena rate deposito saat ini masih dalam tren naik sehingga berpotensi memberikan kontribusi terhadap kinerja reksadana pasar uang.

Di samping itu, porsi obligasi minim untuk mengurangi risiko capital loss di tengah tren suku bunga naik. "Ada potensi berkurangnya likuiditas di pasar obligasi, sehingga selain porsi yang ditaruh kecil, obligasi yang dipilih pun hanya SBN," kata Farash, Senin (1/10).

Farash menceritakan, pembelian SBN saat itu dilakukan ketika pasar sedang koreksi tajam sehingga reksadana berhasil membeli SBN dengan yield tinggi.

Hingga akhir tahun, pertumbuhan imbal hasil reksadana pasar uang masih akan terjadi, seiring dengan kenaikan suku bunga The Fed empat hingga lima kali lagi hingga akhir 2019. Farash melihat risiko inflasi tahun depan juga berpotensi mendorong naiknya BI 7 Days Reverse Repo Rate.

"Hal ini bisa mendorong kinerja rekasanda pasar uang terutama kontribusi dari imbal hasil deposito," kata Farash.

Sementara, katalis negatif bisa tetap terjadi pada reksadana pasar uang apabila terjadi tekanan kembali di pasar obligasi yang berakibat terjadi capital loss atau stagnansi di harga obligasi yang kurang dari satu tahun.

Selain itu, likuiditas perbankan yang naik atau munculnya kredit bermasalah di perbankan dapat menyebabkan turunnya tingkat deposito yang ditawarkan.

Farash berharap imbal hasil bersih sepanjang tahun ini sebesar ekuivalen 5,6%-5,7% per tahun. Perkiraan tersebut ekuivalen dengan tingkat deposito gross sebesar 7,05%-7,15% per tahun.

Sementara untuk dana kelolaan, Farash berharap hingga akhir tahun bisa mencapai Rp 400 miliar hingga Rp 500 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×