kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.934.000   -11.000   -0,57%
  • USD/IDR 16.341   27,00   0,17%
  • IDX 7.544   12,60   0,17%
  • KOMPAS100 1.047   -4,04   -0,38%
  • LQ45 795   -5,29   -0,66%
  • ISSI 252   0,56   0,22%
  • IDX30 411   -3,03   -0,73%
  • IDXHIDIV20 472   -7,09   -1,48%
  • IDX80 118   -0,54   -0,46%
  • IDXV30 121   -0,69   -0,57%
  • IDXQ30 131   -1,32   -1,00%

Cermati Saham yang Masih Berstatus Laggard Ditengah Penguatan IHSG


Kamis, 24 Juli 2025 / 19:08 WIB
Cermati Saham yang Masih Berstatus Laggard Ditengah Penguatan IHSG
ILUSTRASI. Pada penutupan perdagangan Kamis (24/7), IHSG bertengger di level 7.530,90 atau naik 0,83% dibandingkan hari sebelumnya. Dalam sebulan terakhir, IHSG mampu menguat 9,63%. Sejak awal tahun, indeks saham ini menguat 5,13% year to date (ytd). KONTAN/Cheppy A. Muchlis/15/07/2025


Reporter: Dimas Andi | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah tren penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), sejumlah saham berkapitalisasi besar (big caps) masih mengalami terkoreksi. Saham-saham ini pun masuk ke dalam jajaran top laggards yang menjadi pemberat bursa.

Pada penutupan perdagangan Kamis (24/7), IHSG bertengger di level 7.530,90 atau naik 0,83% dibandingkan hari sebelumnya. Dalam sebulan terakhir, IHSG mampu menguat 9,63%. Sejak awal tahun, indeks saham ini menguat 5,13% year to date (ytd).

Beberapa saham big caps pun masih betah menjadi penghuni top laggards. Merujuk data Bursa Efek Indonesia (BEI), ada PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang mengalami pelemahan harga saham 17,95% ytd ke level Rp 4.800 per saham pada Kamis (24/7). Selain itu, ada PT Bamk Central Asia Tbk (BBCA) yang harga sahamnya terkoreksi 12,92% ytd ke level Rp 8.500 per saham.

Saham BREN juga mengalami koreksi tajam sebesar 18,47% ytd ke level Rp 7.725 per saham hingga Kamis (24/7). Padahal, saham-saham emiten konglomerasi Prajogo Pangestu lainnya sedang mengalami fase euforia atas kenaikan harga yang signifikan sepanjang 2025.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Teknikal Saham SSIA, GOTO, dan SMBR untuk Perdagangan Jumat (25/7)

Di luar itu, ada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), PT Bayan Resources Tbk (BYAN), PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO), dan PT Bank Mega Tbk (MEGA) yang turut menghuni jajaran saham top laggards.

Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto mengatakan, faktor utama saham-saham big caps ini berstatus laggards adalah likuiditas di pasar saham yang belum sepenuhnya kembali. Hal ini terlihat dari penguatan IHSG yang lebih banyak ditopang oleh saham-saham grup konglomerasi.

“Di sisi lain, saham big caps yang biasanya menjadi tulang punggung IHSG masih relatif tertinggal,” ujar dia, Kamis (24/7).

Minimnya likuiditas ini juga tampak ketika Morgan Stanley Capital International (MSCI) mengumumkan bahwa saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Petrosea Tbk (PTRO) dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) dicabut dari daftar pengecualian, sehingga ada ekspektasi bahwa ketiga saham tersebut bisa masuk ke dalam indeks MSCI. Alhasil, banyak investor yang mencoba memanfaatkan momentum ini. 

Selain itu, para investor juga cenderung wait and see menanti laporan keuangan semester I-2025 yang bakal ramai dirilis pada akhir Juli 2025.

“Investor masih wait and see karena mungkin ada kekhawatiran bahwa kinerja kuartal II-2025 yang melambat,” imbuh Pandhu. 

Dia menambahkan, saham-saham laggard ini berpotensi menyusul ketertinggalannya ketika likuiditas di pasar modal membaik. Salah satu aspek yang dapat dijadikan patokan perbaikan likuiditas ini adalah masuknya arus dana dari investor asing.

Baca Juga: BEI Buka Gembok Besok, Saham CDIA Kembali Diperdagangkan Jumat (25/7)

Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi turut berpendapat, saham-saham laggard kemungkinan baru akan membaik kinerjanya ketika ada sinyal pemulihan fundamental bisnis dan pemulihan ekonomi makro.

“Kami perkirakan saham big caps akan pulih pada semester II-2025 seiring perbaikan ekonomi dan tren penurunan suku bunga acuan,” tutur dia, Kamis (24/7).

Ia juga menyebut, komposisi papan atas saham-saham laggard masih bisa berubah walau belum tentu terjadi secara ekstrim. Hal ini bergantung pada dinamika pasar dan rotasi sektoral yang terjadi pada sisa 2025.

Sementara menurut Pandhu, jajaran penghuni teratas saham laggard berpotensi berubah mengingat pada hakikatnya saham merupakan cerminan dari fundamental perusahaan. Dari situ, saham-saham yang selama ini melonjak tajam tanpa disertai fundamental yang cukup kuat, tentu akan sulit bertahan di level yang tinggi.

Dari sekian banyak saham laggard yang beredar, Pandhu melihat saham di sektor perbankan cukup menarik bagi investor seperti BMRI dan BBCA yang masih berada di area support. Saham tersebut bisa mulai dicicil beli oleh investor sembari menunggu hasil laporan keuangan semester I-2025.

Senada, Wafi juga bilang saham-saham laggard dari perbankan besar bisa dipertimbangkan untuk mulai dicicil untuk keperluan investasi jangka menengah hingga panjang. Jika ingin mengincar hasil dalam jangka pendek, investor bisa mempertimbangkan membeli saham-saham berbasis komoditas.

Selanjutnya: Healing Jadi Prioritas Konsumsi, Bisa Dongkrak Ekonomi Domestik

Menarik Dibaca: 100 Anak Muda ASEAN Siap Laksanakan Proyek Sosial Lintas Negara

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×