Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Dessy Rosalina
KONTAN.CO.ID - Valuasi saham dalam indeks likuid LQ-45 terlihat mulai mahal. Price to earning ratio (PER) indeks LQ-45 kini mencapai 19 kali. Rekomendasi beberapa saham LQ-45 pun mulai direvisi.
Mengutip Bloomberg, Morgan Stanley menurunkan rekomendasi PT Astra International Tbk (ASII) menjadi underweight dari sebelumnya overweight. Andri Ngaserin, Analis Morgan Stanley, juga menurunkan target harga ASII dari Rp 9.300 menjadi Rp 7.000 per saham.
Berdasarkan konsensus analis, dari 20 saham teratas yang masuk dalam kategori LQ-45, ada 11 saham yang mendapat mayoritas rekomendasi buy. Saham-saham tersebut, menurut konsensus analis, antara lain ADRO, ASII, BBNI, dan BBRI.
Analis OSO Sekuritas Riska Afriani sepakat, saat ini harga saham-saham LQ45 memang relatif cukup tinggi. Menurut dia, beberapa saham LQ-45 sudah mendekati nilai wajarnya (fair value), bahkan ada pula yang sudah melampaui nilai wajar.
Maklum saja, indeks LQ-45 sejak awal tahun sudah naik 10,53%. "Sementara kenaikan IHSG juga 10,68%. Jadi kalau kita lihat memang LQ-45 inilah yang menjadi pendorong indeks," tutur Riska, Jumat (8/9).
Saat ini, Riska menilai investor asing yang masuk sejak awal tahun sudah mulai profit taking. Sementara itu, investor domestik cenderung melirik saham lapis kedua dan ketiga. Selama net sell asing terus berlanjut, Riska memprediksi pergerakan IHSG tak akan begitu atraktif.
Oleh karena itu, Riska menilai ruang kenaikan saham LQ-45 sudah tidak terlalu tinggi. Sampai akhir tahun, kenaikan saham LQ-45 lebih sempit, hanya sekitar 2%-3%. "Itu juga kalau sesuai target IHSG kami tercapai di 5.950-6.000," tutur Riska.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan, saham-saham yang saat ini sudah tergolong mahal antara lain ICBP, BBCA, ASII, BBRI, dan BMRI. Valuasi saham emiten rokok juga cenderung tinggi, seperti GGRM dan HMSP. Sehingga untuk saham-saham ini, Hans hanya merekomendasikan hold.
Sementara itu, menurut Riska, saham yang sudah mahal adalah UNVR, JSMR, dan SMGR. Riska pun merekomendasikan hold ataupun profit taking untuk tiga saham tersebut.
Di sisi lain, saham sektor perbankan dianggap masih berpotensi naik meski valuasinya sudah tinggi. Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido mengatakan, penurunan suku bunga BI masih akan mempengaruhi pergerakan saham perbankan. "Menurut saya, saham BMRI masih bisa buy on weakness terlebih dahulu, ujar Kevin.
Saham yang layak beli
Menurut Hans, ada beberapa saham LQ-45 yang masih menarik untuk dibeli. Saham-saham ini kebanyakan berasal dari sektor konstruksi, seperti WIKA, PTPP dan WSKT. Sepakat, Riska juga mencatat saham konstruksi masih menarik untuk dikoleksi lantaran valuasinya masih murah. Ambil contoh, saham PTPP punya peluang naik hingga 67%. Sementara potential upside WIKA sampai 53% dan ADHI sebesar 35%.
Saham properti juga dianggap masih menarik, misalnya, SMRA, PWON, dan BSDE. Di luar sektor properti, saham TLKM dan ASII juga masih layak beli.
Senada, Kevin juga menilai saham LQ-45 di sektor properti bisa diperhatikan. Misalnya saja, BKSL, MDLN, APLN, PTRA dan ASRI. "Saham ASRI masih cukup baik dengan PER sekitar 8,98 kali," ujar dia.
Selain itu, Kevin juga menyukai saham BRPT dan ADRO. Kevin merekomendasikan investor untuk beralih ke saham lapis dua.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News