Reporter: Rashif Usman | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Momentum akhir tahun bakal menjadi angin segar bagi emiten-emiten di sektor pariwisata. Pasalnya, sektor ini diproyeksikan akan meraup lonjakan pendapatan dari berbagai lini, seperti transportasi, perhotelan, hingga destinasi wisata.
Kondisi ini memberikan peluang bagi investor untuk memanfaatkan momentum tersebut dengan memilih emiten yang memiliki fundamental kuat dan prospek cerah.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer, menyebut prospek emiten di sektor pariwisata menjelang akhir tahun 2024 terlihat menjanjikan.
Miftahul menerangkan perayaan Natal dan Tahun Baru biasanya memacu permintaan di industri ini, didukung oleh lonjakan aktivitas perjalanan domestik maupun internasional. Hal ini diyakini akan berdampak positif pada kinerja emiten di bidang transportasi, perhotelan dan hiburan.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Teknikal BRPT, TLKM, ADRO, untuk Kamis (28/11)
Selain itu, kebijakan pemerintah yang fokus pada pengembangan pariwisata domestik serta kondisi ekonomi yang stabil turut menjadi pendorong pertumbuhan sektor ini.
"Emiten yang memiliki basis operasi di destinasi wisata populer dan menyediakan layanan terpadu diperkirakan akan menikmati peningkatan signifikan," kata Miftahul kepada Kontan, Rabu (27/11).
Miftahul juga mengungkapkan selain emiten pariwisata dan perhotelan, emiten di sektor transportasi juga berpotensi mendapatkan manfaat dari momentum akhir tahun.
Lonjakan aktivitas liburan tidak hanya meningkatkan kunjungan ke destinasi wisata, tetapi juga berpeluang mendorong mobilitas masyarakat yang menggunakan transportasi umum.
"Meski secara momentum industri tersebut berpotensi untuk mendapat sentimen positif, tapi perlu diingat bahwa saat ini tekanan outflow masih terjadi di market walaupun sudah ada penurunan," ujar Miftahul.
Baca Juga: Pemerintah Turunkan Harga TIket Pesawat Domestik 10% Selama Periode Nataru
Oleh karenanya, Miftahul merekomendasikan untuk trading buy saham PT Weha Transportasi Indonesia Tbk (WEHA) dengan target harga Rp 139 per saham dan buy on weakness saham PT Bayu Buana Tbk (BAYU) pada target harga Rp 1.400 per saham.
Sementara itu, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji menyebutkan bahwa secara umum, saham di sektor pariwisata cenderung kurang likuid.
"Kalau tidak likuid, pergerakan saham di sektor tersebut relatif stagnan," jelas Nafan kepada Kontan, Rabu (27/11).
Menurutnya, investor lebih memperhatikan kinerja fundamental emiten daripada sekadar prospek sektor pariwisata menjelang akhir tahun. Oleh karenanya, ia belum merekomendasikan untuk mencermati sejumlah saham di sektor pariwisata.
Selanjutnya: Putin Beri Peringatan, Mungkinkah Serangan Nuklir Terjadi? Ini Analisa Intelijen AS
Menarik Dibaca: IHSG Berpotensi Rebound Hari Ini (28/11) Setelah Libur Pilkada Serentak
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News