Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Arah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penghujung tahun ini akan ditentukan oleh rotasi di barisan saham penggerak (leaders) dan pemberat (laggards). Ada harapan saham berkapitalisasi pasar besar (big cap) berbalik naik di sisa tahun 2024.
Setelah terpental ke posisi 7.046,98 di awal pekan, IHSG menunjukkan perlawanan. IHSG melompat setinggi 2,11% ke posisi 7.196,01 pada Selasa (3/12). IHSG terdongkrak oleh lonjakan harga sejumlah saham big cap yang di hari sebelumnya berada di posisi laggards.
Contohnya saham big bank, yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yang kini kembali menjadi leaders. Harga saham BBCA dan BMRI bahkan melonjak lebih dari 4,5%.
Baca Juga: Tingkatkan Produksi Batubara 2025, Simak Rekomendasi Saham Bukit Asam (PTBA)
Selain big bank, saham big cap lain yang berubah posisi adalah PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Barito Pacific Tbk (BRPT). Meski begitu, ada juga saham big cap yang sedang dalam tren melandai dan berbalik laggards, yakni PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA).
Vice President Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi mengamati beberapa saham big cap di sektor keuangan, barang baku dan energi yang menjadi pemberat indeks. Menurut Audi, sebabnya bervariasi.
Dia melihat penurunan sejumlah saham bank kemungkinan disebabkan oleh kinerja yang cenderung di bawah ekspektasi atau sudah in-line dengan ekspektasi pasar. Sementara itu, saham di sektor barang baku seperti PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan TPIA tertekan oleh sentimen normalisasi harga komoditas serta aksi profit taking usai lonjakan signifikan.
Baca Juga: Simak Rekomendasi dan Strategi Beli Emas Saat Pasar Bergejolak
Sedangkan di sektor energi, Audi menyoroti saham PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO). Setelah ex-date dividen jumbo, harga saham ADRO sempat anjlok hingga level auto rejection bawah dalam dua perdagangan beruntun.
Audi memprediksi, saham di sektor keuangan terutama big bank bakal menanjak pada akhir tahun ini. Bersamaan dengan sektor energi. Katalis pendorongnya adalah potensi terjadinya window dressing, pembagian dividen interim, hingga peluang pemangkasan suku bunga acuan.
"Sedangkan untuk emiten yang berpotensi menjadi pemberat berasal dari barang baku, consumer dan rokok, seiring dengan kinerja yang melambat," kata Audi kepada Kontan.co.id, Selasa (3/12).
Sementara itu, Equity Analyst Indo Premier Sekuritas Dimas Krisna Ramadhani menyoroti sejumlah saham blue chip seperti BBCA, TLKM dan PT United Tractors Tbk (UNTR) yang berpotensi menjadi leaders di sisa tahun ini. Hal tersebut didasarkan pada pertimbangan tren jangka pendek dan foreign flow.
Baca Juga: Harum Energy (HRUM) Kembali Gelar Transaksi di Bisnis Nikel, Nilainya Rp 4,22 Triliun
Dimas melihat sudah terjadi akumulasi dalam sebulan terakhir pada saham UNTR dan TLKM. Sedangkan BBCA menjadi satu-satunya big bank yang secara teknikal masih bertahan di atas MA100 weekly.
Di sisi lain, saham yang berpotensi berubah menjadi laggard atau tetap laggard adalah yang pergerakan tren-nya sideways dan kepemilikannya tidak terlalu banyak dipegang oleh fund manager. "Karena fund manager memiliki goals untuk memperbaiki kinerjanya di periode window dressing," jelas Dimas.
Founder Stocknow.id Hendra Wardana melirik saham big bank seperti BBCA, BBRI dan BMRI yang berpeluang menjadi leaders. Apalagi, ketiganya punya fundamental kuat, dan sudah teruji menghadapi kondisi ekonomi yang menantang.
Selain big bank, Hendra menjagokan sektor infrastruktur, energi dan teknologi yang akan menjadi penggerak IHSG. Sebaliknya, saham yang berpeluang menjadi laggard di akhir tahun ini adalah emiten yang lebih bergantung pada konsumsi domestik, serta yang sensitif terhadap perubahan daya beli masyarakat.
Baca Juga: Medco (MEDC) Menatap Tahun 2025, Bakal Tancap Gas di Bisnis Migas & Listrik
Hendra memberikan catatan terhadap saham emiten ritel, otomotif dan barang konsumsi. Menurut Hendra, perlu waspada terhadap sentimen dari rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau kenaikan iuran lainnya yang dapat memberikan tekanan terhadap daya beli masyarakat.
Founder WH Project William Hartanto mengingatkan, rotasi di posisi saham leader dan laggard akan menentukan arah IHSG. Dalam hal ini, arus dana dari investor asing masih memegang pernana penting. Sebab, saham big cap terutama perbankan sebelumnya tertekan akibat aksi jual bersih (net sell) asing.
William sepakat, ada peluang bangkit karena terangkat oleh window dressing. Dengan begitu, IHSG pun berpotensi bergerak dalam rentang 6.968 - 7.700 sampai tutup tahun 2024.
William menaksir saham BBCA, BMRI, TLKM, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) berpotensi menjadi leader, sehingga layak dikoleksi pada akhir tahun ini. Audi juga menjagokan BBCA dan BMRI dengan target harga di Rp 11.200 dan Rp 7.200.
Baca Juga: Rekomendasi Saham Bumi Resources (BUMI) Usai Cetak Laba Setara Rp 1,95 Triliun
Selain itu, Audi menyarankan trading buy saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) untuk target harga di Rp 10.200. Dimas merekomendasikan buy BBCA dengan porsi yang terukur. Sementara Hendra menyodorkan BBCA untuk target harga Rp 10.600.
Selanjutnya, Hendra merekomendasikan saham BMRI untuk target harga Rp 6.900. Kemudian, cermati peluang buy on weakness pada saham BBRI di kisaran Rp 4.090, untuk potensi target harga di area Rp 4.800 per saham.
Selanjutnya: Program 3 Juta Rumah Mampu Tingkatkan Lapangan Kerja Berkualitas
Menarik Dibaca: Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Pantau Kepatuhan Kewajiban Uji Emisi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News