Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) pada tahun 2023 diprediksi tidak akan setinggi pada saat Indonesia masih berstatus pandemi Covid-19.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, keterisian pasien Covid-19 di rumah sakit
sudah menurun signifikan.
Apalagi, pemerintah sudah menetapkan status endemi bagi Indonesia. MIKA pun telah fokus meningkatkan pelayanan pada tindakan preventif dibanding pasien yang melakukan tindakan kuratif.
Baca Juga: Kunjungan Pasien Meningkat, Simak Proyeksi Kinerja Emiten Rumah Sakit
Di sisi lain, MIKA masih akan didukung oleh stabilitas pertumbuhan ekonomi Indonesia yang relatif bisa menjamin kebutuhan pasien untuk berobat di dalam negeri.
"Apalagi, pemerintah mendorong penduduk Indonesia untuk berobat di rumah sakit domestik di tengah tren berobat ke negara-negara tetangga," kata Nafan saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (26/6).
Berdasarkan riset tanggal 23 Mei 2023, Analis Sinarmas Sekuritas Michael Filbery mencatat, pendapatan MIKA pada kuartal I-2023 turun 6% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp 1,03 triliun. Sejalan dengan itu, laba bersihnya merosot 14% yoy menjadi Rp 231 miliar.
Pendapatan rawat inap dan rawat jalan sedikit menurun. Di sisi lain, ada pertumbuhan moderat dalam jumlah hari rawat inap dan kunjungan rawat jalan. Meskipun hari rawat inap lebih banyak, pendapatan per hari rawat inap menurun sebesar 16% yoy pada kuartal I-2023.
Penurunan ini dapat dikaitkan dengan proporsi pendapatan BPJS yang lebih tinggi dan kontribusi yang lebih rendah dari pendapatan terkait Covid. Average length of stay (ALoS) alias rata-rata hari menginap juga turun menjadi 2,8 hari dari 3,0 hari di kuartal I-2022.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham BSDE, INTP, MIKA, TOWR untuk Senin (12/6), IHSG Dibuka Turun
Menurut Michael, pendapatan MIKA akan terpengaruh oleh adanya proporsi pendapatan yang berasal dari BPJS. "Pasalnya, inflasi saat ini semakin mendorong keengganan orang untuk mengeluarkan anggaran sendiri untuk perawatan kesehatan," ungkap Michael.
Namun, Michael masih membuka kemungkinan adanya pertumbuhan pendapatan mid-double-digit pada kuartal II-2023. Proyeksi ini didasarkan pada harapan adanya peningkatan moderat dalam jumlah hari rawat inap, terutama karena lebih banyak hari libur selama periode hari raya yang dapat mengarah pada peningkatan di ALoS dan Bed Occupancy Rate (BOR).
Michael juga memprediksi MIKA dapat memaksimalkan hari rawat inap dan pasien BPJS dengan tarif INA-CBG baru. Ia memperkirakan, pendapatan BJPS MIKA dapat naik 7%-9% pada triwulan kedua tahun ini.
Sementara itu, untuk pertumbuhan pendapatan di sisa 2023, Michael melihat pendorongnya berasal dari penambahan operasi rumah sakit baru, termasuk Pamulang dan Slawi. Kedua lokasi ini akan menyumbang tambahan kapasitas sekitar 264 tempat tidur.
Selain itu, MIKA akan memperluas operasi rumah sakit yang ada dengan menambahkan sekitar 60-100 tempat tidur tambahan sepanjang 2023. Michael juga mengamati upaya proaktif MIKA untuk memperluas jangkauannya pada pasien asuransi dan pasien yang ditanggung perusahaan melalui berbagai program promosi.
Baca Juga: Emiten Rumah Sakit Semakin Sehat
Sejalan dengan beroperasi rumah sakit baru dan biaya pasokan obat yang lebih tinggi (3% yoy pada kuartal I-2203), margin MIKA potensial terpengaruh.
Manajemen memperkirakan, rumah sakit baru membutuhkan waktu sekitar 6-9 bulan untuk mencapai EBITDA positif dan 18-24 bulan untuk mencapai laba bersih yang positif.
Namun, manajemen MIKA mengabarkan bahwa rumah sakit di Slawi mencapai EBITDA positif hanya dalam waktu empat bulan beroperasi, menunjukkan kinerja yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan rumah sakit baru lainnya.
Sedangkan untuk rumah sakit di Pamulang, Michael perkirakan akan mencapai EBITDA positif di semester 2 2023 karena persaingan yang kurang ketat di wilayah operasional tersebut.
Dalam riset tanggal 23 Mei 2023, Analis BRI Danareksa Sekuritas Muhammad Naufal Yunas pun merevisi ke bawah perkiraan pendapatan MIKA tahun 2023 menjadi Rp 4,51 triliun dari sebelumnya Rp 4,69 triliun. Dengan kata lain, pendapatan MIKA berpotensi tumbuh 11,4% dari Rp 4,05 triliun pada 2022.
Baca Juga: Tengah Pekan, Berikut Daftar Rekomendasi Saham Hari Ini, Semoga Bisa Untung Menawan
Hal ini sejalan dengan adanya revisi pertumbuhan average revenue per user (ASP) menjadi 4,4% dari sebelumnya 6,8%.
"Inflasi yang tinggi menyebabkan konsumen menjadi lebih sensitif terhadap harga dalam hal layanan kesehatan yang dibayar sendiri, mengingat sebagian besar pasien MIKA bukan peserta BPJS," tutur Naufal.
Naufal juga memangkas estimasi kenaikan volume rawat jalan dari 9% menjadi 7% yoy pada 2023. Hal ini memperhitungkan adanya pertumbuhan yang lebih normal setelah kuartal I-2023.
BRI Danareksa Sekuritas dan Sinarmas Sekuritas merekomendasikan buy MIKA dengan target harga jangka panjang masing-masing sebesar Rp 3.300 dan Rp 3.100 per saham. Pada perdagangan Senin (26/6), harga MIKA tercatat naik 1,51% ke level Rp 2.690 per saham.
Sementara secara teknikal, Nafan melihat tren MIKA sebenarnya masih dalam keadaan channeling down. Meski demikian, potensi upside masih berada pada Rp 2.760 dan Rp 3.000 dengan tingkat persentase upside sebesar 2,6% dan 11,52% dari harga Rp 2.690. Nafan merekomendasikan hold MIKA.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News