Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepekan ini risk appetite pelaku pasar kembali muncul ke emerging markets. Minat terhadap aset berisiko termasuk rupiah muncul setelah data ekonomi Amerika Serikat (AS) membaik.
Di pasar spot, Jumat (7/5) rupiah menguat 0,24% ke Rp 14.285 per dolar AS. Dalam sepekan rupiah menguat 1,11%.
Analis Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan faktor yang membuat rupiah menguat di pekan ini adalah karena pelaku pasar menilai perbaikan ekonomi AS menjadi waktu yang tepat bagi mereka untuk masuk ke aset berisiko. "Terbukti aliran modal asing banyak masuk ke pasar saham dan obligasi di pekan ini," kata Faisyal.
Ahmad Mikail Zaini Ekonom Sucor Sekuritas menambahkan, ekonomi global yang pelaku pasar nilai mulai pulih membuat yield US Treasury dan indeks dolar AS melemah. Selain itu, stimulus AS yang mulai pelaku pasar belanjakan membuat jumlah dolar AS di pasar meningkat. Alhasil, rupiah bergerak menguat.
Baca Juga: Cadangan devisa hingga akhir tahun diprediksi sekitar US$ 136 miliar-US$ 139 miliar
Dari dalam negeri, cadangan devisa April yang tumbuh menjadi US$ 138,8 miliar dari US$ 137,1 miliar di Maret juga turut menyokong penguatan mata uang Garuda. "Cadangan devisa naik menambah kepercayaan investor bahwa rupiah bisa stabil," kata Mikail, Jumat (7/5).
Selain itu, tren kenaikan harga CPO juga Mikail lihat bisa menambah surplus dan kepercayaan terhadap rupiah menguat. Mikail memproyeksikan rupiah pekan depan berpotensi lanjut menguat tipis di Rp 14.050 per dolar AS-Rp 14.200 per dolar AS.
Baca Juga: Ini sederet faktor yang bikin IHSG melemah 1,12% dalam sepekan
Namun, Faisyal mengatakan prospek rupiah di pekan depan tergantung dari respon pelaku pasar terhadap pemulihan ekonomi AS. Faisyal mengkhawatirkan, saat ini memang pemulihan ekonomi AS menimbulkan risk appetite, tetapi keadaan tersebut bisa berbalik jika perbaikan ekonomi memicu The Fed untuk memperketat moneter.
"Bisa saja The Fed jadi mengurangi pembelian obligasi," kata Faisyal. Selain itu, persoalan pandemi yang belum usai juga bisa merugikan nilai tukar rupiah.
Sementara, pergerakan rupiah pekan depan juga bergantung pada respon pelaku pasar pada kebijakan pembatasan mudik. Faisyal memproyeksikan rentang rupiah pekan depan di Rp 14.000 per dolar AS-Rp 14.400 per dolar AS.
Baca Juga: Kurs rupiah Jisdor menguat 1,13% sepekan ke Rp 14.289 per dolar hingga Jumat (7/5)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News