kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Cermati berita di halaman bursa saham hari ini


Jumat, 25 September 2015 / 05:05 WIB
Cermati berita di halaman bursa saham hari ini


Reporter: Sandy Baskoro | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Menemani aktivitas anda pada Jumat pagi penuh berkah ini, kami menyuguhkan sejumlah berita bursa saham di halaman 4 Harian KONTAN edisi hari ini (25/9), sebagai berikut.

Prospek Emiten Menara

Keterpurukan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat turut membuyarkan prospek bisnis emiten menara telekomunikasi. Para analis memprediksi, kinerja emiten menara bakal tertahan pelemahan rupiah pada tahun ini.

Kurs tengah Bank Indonesia (BI), pada Rabu (23/9) lalu, memperlihatkan rupiah anjlok ke posisi Rp 14.623 per dollar AS. Di pasar spot, Kamis (24/9), rupiah rontok ke level Rp 14.684 per dollar AS. Ini merupakan posisi terburuk rupiah sejak 17 tahun lalu.

Terpaparnya rupiah tentu tidak menguntungkan bagi emiten menara telekomunikasi, terutama yang memiliki eksposur dollar AS dalam jumlah besar.

Analis MNC Securities Victoria Venny Nawang Setyaningrum memprediksi, pelemahan nilai tukar akan menekan kinerja emiten menara. Kondisi ini menyebabkan pembengkakan kerugian kurs. "Apalagi mereka tak mengekspektasi rupiah akan turun sedalam ini," ucap dia.

Victoria menyebut bisnis menara telekomunikasi merupakan sektor usaha yang padat modal. Oleh karena itu, operator menara membutuhkan dana besar untuk investasi. Nah, sebagian besar sumber pendanaan diperoleh melalui utang berdenominasi dollar AS.

PT Harum Energy Tbk (HRUM)

PT Harum Energy Tbk (HRUM) memprediksi pasar batubara belum pulih di tahun depan. Dus, HRUM akan melanjutkan efisiensi dengan menekan belanja modal dan menahan produksi.

Ray Antonio Gunara, Direktur Utama HRUM mengatakan, belanja modal HRUM di 2016 hanya berkisar US$ 5 juta, atau setara tahun ini. Belanja modal itu hanya akan digunakan untuk perbaikan infrastruktur dan eksplorasi.

Strategi menghemat kas ini menjadi strategi paling tepat di tengah penurunan harga batubara. Bahkan, sampai kini, HRUM masih menghentikan sementara operasional tambang Santan Batubara (SB). Sehingga, produksi batubara HRUM hanya berasal dari satu tambang, yakni Mahakam Sumber Jaya (MSJ).

Ray bilang, tambang SB masih ditutup sampai harga batubara membaik. Alhasil, produksi batubara HRUM hanya 2,3 juta ton pada semester I 2015. Di periode itu, volume penjualan batubara HRUM juga melorot 38,5% year-on-year menjadi 2,7 juta ton.

Dari realisasi itu, HRUM tak yakin bisa memproduksi batubara hingga 5 juta ton di tahun ini. "Kami tinjau ulang. Mungkin tahun ini hanya tercapai 4 juta ton untuk produksi," ujar Ray, Rabu (23/9).

Emiten Paling Transparan

Sebanyak 15 emiten terpilih sebagai perusahaan paling transparan dalam memberikan informasi bisnis. Mereka masuk kategori pemenang annual report award (ARA) untuk tahun 2014.

Para emiten yang mengantongi penghargaan itu antara lain: Bank Mandiri (BMRI), Aneka Tambang (ANTM), Bank Victoria International (BVIC) dan Wijaya Karya Beton (WTON).  Nurhaida, Kepala Eksekutif Bidang Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan, transparansi informasi adalah salah satu pilar dalam tata kelola perusahaan yang baik (GCG).

Hal ini diyakini dapat meningkatkan kesadaran emiten untuk menerapkan pengelolaan perusahaan dengan baik serta meningkatkan kesiapan korporasi di Indonesia untuk bersaing. "Tal hanya di lingkup nasional, tetapi juga di kawasan regional, bahkan global," ujar dia, Selasa (22/9) malam.

PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON)

PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) berniat menambah kapasitas produksi sekitar 100.000 ton pada 2016. Dengan demikian, tahun depan total kapasitas produksi emiten ini menjadi 2,4 juta ton per tahun.

WTON juga tak mencemaskan pendanaan terkait ekspansi kapasitas produksi. "Dana IPO kita masih ada," ujar Direktur Utama WTON, Wilfred Singkali.

Hingga kini WTON baru menggunakan 61,7% dari dana IPO yang sebesar Rp 1,2 triliun. Dana tersebut bakal dipakai hingga 2019 mendatang.

Adapun anggaran belanja modal tahun ini diperkirakan hanya terserap Rp 360 miliar. Dus, dana capex nantinya bisa dipakai sebagai belanja modal tahun depan.

Fery Hendrianto, Direktur WTON menjelaskan, anggaran capex tak bisa diserap sepenuhnya lantaran permintaan pasar belum membaik pada tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×