kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cenderung tertekan terhadap sejumlah mata uang, begini prospek rupiah di sisa 2020


Rabu, 01 Juli 2020 / 17:00 WIB
Cenderung tertekan terhadap sejumlah mata uang, begini prospek rupiah di sisa 2020
ILUSTRASI. Prospek pergerakan nilai tukar rupiah diperkirakan tidak akan jauh berbeda di semester II-2020.


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Cenderung tertekan oleh pergerakan mata uang dunia, prospek pergerakan nilai tukar rupiah diperkirakan tidak akan jauh berbeda di semester II-2020. Meskipun begitu, investor masih memiliki peluang untuk berinvestasi valas di sisa tahun ini.

Berdasarkan rangkuman Kontan.co.id, sepanjang periode 31 Desember 2019 hingga 30 Juni 2020, rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sebanyak 2,87%, yen Jepang 3,41%, euro Eropa 2,79% dan dolar Australia 0,5%. Sebaliknya, terhadap poundsterling Inggris, rupiah menguat 3,9% dan terhadap dolar Singapura, rupiah menguat 0,67%.

Kepala Riset dan Edukasi PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, secara umum pelemahan rupiah terjadi terhadap mata uang negara maju. Hal tersebut dipicu oleh kekhawatiran pasar terhadap kondisi ekonomi global di tengah pandemi.

"Alhasil, pelaku pasar lebih tertarik dengan nilai tukar yang lebih stabil dibandingkan dengan rupiah. Bahkan, rupiah sendiri dianggap lebih berisiko," kata Ariston kepada Kontan Rabu (1/7).

Baca Juga: Kurs rupiah ditutup ke Rp 14.283 per dolar, pelemahan 5 hari beruntun

Adapun penguatan rupiah terhadap poundsterling sepanjang 2020 ini karena kondisi ekonomi Inggris yang tidak lebih dari Indonesia. Sebagaimana diketahui, Inggris terlilit masalah fundamental ekonomi pasca Negeri Ratu Elizabeth tersebut memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa (UE) atau dikenal dengan Brexit.

Ariston menilai, prospek ekonomi Inggris pasca-Brexit masih penuh dengan ketidakpastian, apalagi sampai saat ini Inggris belum berhasil membuat perjanjian Brexit dengan UE. Alhasil, kondisi tersebut membuat poundsterling cenderung melemah, termasuk terhadap mata uang Garuda. "Ke depan saya lebih prefer (merekomendasikan) dolar AS karena pemakainya lebih besar," ungkap Ariston.

Baca Juga: Rupiah di kurs tengah BI hari ini melemah ke Rp 14.341 per dolar AS, Rabu (1/7)

Meskipun begitu, Ariston memperkirakan pergerakan rupiah terhadap mata uang JPY, EUR dan USD tidak akan jauh berbeda dari semester I-2020, atau kecenderungan masih akan melemah. Namun, kalau krisis kesehatan Covid-19 membaik, pasangan USDIDR berpotensi memberikan gain meskipun mungkin masih terbatas di kisaran 6%.

"Sepertinya kalau rupiah melemah terhadap dolar AS, rupiah juga akan melemah terhadap JPY, EUR dan mungkin juga GBP ke depannya," tandas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×