Reporter: Dupla Kartini, Bloomberg | Editor: Dupla Kartini
NEW YORK. Harga minyak mentah melesat karena kembali mencuatnya kekhawatiran terhadap suplai. Pasar cemas pengiriman minyak akan terganggu seiring meningkatnya kekerasan di Libya, dan Timur Tengah.
Harga minyak naik 2,2% setelah anak Presiden Libya Muammar Qaddafi memperingatkan perang sipil akan berisiko terhadap produksi minyak negeri ini. Human Rights Watch menyebut, lebih dari 200 orang tewas karena penembakan oleh aparat keamanan terhadap pengunjuk rasa anti pemerintah.
Hingga 12.43 WIB, minyak WTI untuk kontrak pengiriman April di bursa NYMEX-AS sudah melesat 1,86% ke level US$ 91,38 per barel, dari penutupan sebelumnya di US$ 89,71 per barel. Sementara, minyak brent untuk pengantaran April di ICE Futures Europe naik 1,2% ke US$ 103,72 per barel, dari penutupan pekan lalu di US$ 102,52 sebarel.
Ben Westmore, ekonom energi dan mineral dari National Australia Bank Ltd menyebut, konflik memang bukan di Arab Saudi atau Iran. "Tapi ketegangan di Libya akan berdampak pada keseimbangan pasar jika konflik ini menyebabkan seretnya pasokan minyak," ujarnya.
Lagi pula, Libya merupakan produsen minyak terbesar kedelapan di antara negara-negara pengekspor minyak (OPEC).
Lebih lanjut, Westmore menyebut, ada risiko krisis geopolitik menyebar ke Iran dan negara-negara lain di kawasan yang sangat berpengaruh terhadap pasar minyak dunia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News