Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Eskalasi konflik yang memanas di Timur Tengah akibat Israel vs Iran telah mendongkrak harga minyak mentah dunia. Dalam sepekan, harga West Texas Intermediate (WTI) dan Brent kompak menanjak lebih dari 9%.
Merujuk Trading Economics, dalam sepekan terakhir harga WTI mengakumulasi kenaikan 9,09% ke level US$ 74,38 per barel hingga Minggu (6/10). Pada periode yang sama, harga Brent menguat 9,10% ke posisi US$ 78,05 per barel.
Research Analyst Phintraco Sekuritas Muhamad Heru Mustofa melihat sebagai produsen terbesar di dunia, tensi geopolitik di kawasan Timur Tengah bakal memengaruhi harga komoditas minyak global. Jika eskalasi konflik berlanjut, pasokan minyak akan terganggu, sehingga harga akan lanjut menanjak.
Baca Juga: Chandra Asri (TPIA) Tuntaskan Akuisisi Shell Energy and Chemicals di Akhir Tahun Ini
Apalagi jika serangan bersenjata juga menyasar fasilitas terkait minyak. Heru menaksir, apabila ketegangan tidak bisa diredam di tengah kekhawatiran tersebut, harga minyak mentah dunia bisa melonjak ke level US$ 80 per barel dalam jangka pendek.
"Di sisi lain, rencana OPEC+ untuk melanjutkan peningkatan produksi minyak di Desember nanti dapat meredam kekhawatiran pasar terhadap risiko pasokan," jelas Heru kepada Kontan.co.id, Minggu (6/10).
Junior Equity Analyst Pilarmas Investindo Sekuritas Arinda Izzaty Hafiya turut menyoroti kekhawatiran pasar jika serangan menyasar infrastuktur minyak di Iran atau negara-negara produsen lainnya. Arinda memprediksi dalam jangka pendek harga minyak mentah dunia bisa menyentuh level US$ 80 - US$ 90 per barel atau lebih, jika situasi konflik semakin memburuk.
Baca Juga: Prospek Saham di Tengah Stimulus Moneter China, Analis: Kunci Keuntungan Sekarang!
Pasar pun akan mencermati bagaimana langkah OPEC+ untuk menjaga keseimbangan pasar minyak dunia. "Meskipun penguatan harga dalam jangka pendek bisa terjadi, pasar tetap akan bergantung pada perkembangan konflik serta kebijakan yang diambil oleh OPEC+," kata Arinda.
Rekomendasi Saham
Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengamati Situasi pasar dan harga saat ini bisa mengangkat kinerja mayoritas emiten minyak dan gas (migas) di sisa tahun 2024, atau minimal tidak menyusut dibandingkan periode tengah tahun. Toh, pelaku pasar pun telah merespons positif dengan kenaikan harga saham emiten migas dalam beberapa hari terakhir.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rizkia Darmawan mengingatkan, seberapa signifikan dan lama sentimen ini berlangsung akan bergantung pada dinamika geopolitik yang terjadi di sana. Pasar juga perlu mencermati sejauh mana dampak dari konflik di Timur Tengah kali ini terhadap infrastruktur, pasokan dan jalur dagang komoditas migas.