Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Yudho Winarto
Pendapatan operasional sebelum pencadangan atau PPOP pada kuartal III-2024 ini mencapai Rp 8,8 triliun atau telah hampir menyentuh posisi tertingginya pada kuartal III tahun lalu sebesar Rp 8,9 triliun.
Pencapaian PPOP yang solid ini berasal dari kenaikan margin bunga bersih atau Net Interest Margin (NIM) maupun pendapatan non bunga.
NIM perseroan naik 40 bps secara kuartalan menjadi 4,4% ditopang oleh perbaikan yield kredit maupun penurunan biaya dana.
Baca Juga: Pengguna Wondr by BNI Naik Menjadi 17,9 Juta Pengguna
Sebagai hasil dari akselerasi kredit pada segmen berisiko rendah, kualitas aset BNI terus membaik, ditandai dengan rasio kredit bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL) yang berhasil dipertahankan di level 2% pada kuartal III-2024.
Kredit berisiko atau Loan at Risk (LaR) membaik menjadi 11,8%, sehingga Cost of Credit (CoC) dapat dijaga di angka 1%. Beban provisi juga turun sebesar 19,7% YoY menjadi Rp 5,4 triliun.
Penyaluran kredit BNI yang sehat juga di-support oleh pertumbuhan dana CASA (giro dan tabungan). Per September 2024, CASA BNI mampu tumbuh 5,5% YoY terutama ditopang oleh tabungan yang mampu tumbuh solid 7,4% YoY.
Pada akhir tahun 2024, BNI juga optimistis dapat mencapai pertumbuhan kredit di kisaran 10%-12% dengan tetap fokus pada dua segmen, yakni korporasi dan konsumer.
Untuk pertumbuhan kredit, pihaknya tetap fokus pada segmen bisnis yang sehat, segmen bisnis yang sehat ini di fokuskan pada dua segmen, yaitu korporasi dan konsumer.
"Selain itu kita juga menguatkan peran dari perusahaan anak dengan manajemen likuiditas yang baik, dengan ini tentunya kami optimistis akan dapat mencapai pertumbuhan kredit di kisaran 10%-12% di akhir 2024," ungkap Novita saat paparan kinerja perseroan, Jumat (25/10).
Baca Juga: Manajemen BNI Merespons Isu Rencana Akuisisi Schroder oleh BNI AM
Lebih lanjut Novita menuturkan, peluang pertumbuhan bisnis juga terlihat dari membaiknya proyeksi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang sesuai dengan visi dari pemerintah baru dengan memfokuskan pada sektor-sektor yang prioritas, seperti hilirisasi, ketahanan energi dan pangan termasuk juga mendukung program perumahan.
"Sehingga di tahun 2025 tentunya kita proyeksikan pertumbuhan kredit lebih baik dibanding tahun 2024," tambah dia.
Jika dilihat berdasarkan data RTI Business, saham BBNI terpantau mengalami kenaikan 0,44% ke level Rp 5.650 pada penutupan perdagangan Jumat (25/10). Dalam satu bulan terakhir harga sahamnya juga terlihat naik 3,67%, dan secara ytd naik 5,12%.
Nafan Aji Gusta, Senior Investment Information Mirae Asset melihat, prospek kinerja BNI ke depan selain dari mengandalkan kebijakan Bank Indonesia dalam menerapkan suku bunga acuan secara long term, BNI dinilai memiliki tingkat likuiditas yang memadai dan lini bisnis dari remitensi dan treasury yang juga turut mendukung pertumbuhan BNI ke depannya.
"Memang kalau saya lihat, BNI memiliki fundamental yang solid serta kualitas kredit maupun juga kekuatan modal yang relatively strong," ujar Nafan.
Oleh karena itu, ia merekomendasikan saham BBNI add on dengan target pasar Rp 6.325
Baca Juga: Laba Bank Negara Indonesia (BBNI) Naik 3,52% Jadi Rp 16,3 Triliun di Kuartal III-2024
Sementara Analis BCA Sekuritas, Achmad Yaki menilai, prospek sahamnya masih menarik untuk akumulasi buy karena potensi kinerja di akhir tahun dan tahun depan yang di proyeksi lebih baik seiring dengan pergantian Pemerintahan.
Yaki juga menyebut, prospek kinerja BBNI masih optimistis dengan potensi pertumbuhan kredit di kuartal keempat dan 2025 diproyeksi masih akan tinggi. Oleh karena itu, Yaki merekomendasikan, BBNI buy dengan target harga Rp 6.075.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News