kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Cek Rekomendasi Analis saat Musim Rilis Kinerja Emiten Semester I-2023 Berjalan


Minggu, 30 Juli 2023 / 11:45 WIB
Cek Rekomendasi Analis saat Musim Rilis Kinerja Emiten Semester I-2023 Berjalan


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Musim rilis kinerja keuangan tengah tahun telah bergulir. Hingga tulisan ini dibuat, setidaknya sudah ada 126 emiten yang menerbitkan laporan keuangan periode kuartal II-2023.

Sejumlah emiten berkapitalisasi pasar besar (big caps) mampu menorehkan kinerja cemerlang. Sekadar contoh, ada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) yang kompak meraih pertumbuhan laba bersih.

Pada saat bersamaan, emiten lain mencetak kinerja yang bervariasi dalam enam bulan pertama 2023. Seperti PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang top line maupun bottom line-nya kompak merosot. Sebaliknya, kinerja PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) mampu tumbuh tipis.

PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) berhasil meraih pertumbuhan laba bersih di saat pendapatan sedang menyusut. Berbeda dari PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) yang laba bersihnya terpangkas ketika mengalami lonjakan pendapatan.

Baca Juga: Saham Lapis Kedua & Ketiga Masih Tertinggal, Ini Rekomendasi Saham yang Menarik

Sedangkan emiten rumah sakit PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) dan emiten tambang mineral PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) menjadi contoh emiten dengan lonjakan top line dan bottom line yang cukup signifikan pada semester I-2023.

Head of Research InvestasiKu, Cheril Tanuwijaya melihat secara umum kinerja emiten bank masih akan cemerlang. Katalis pentingnya adalah pertumbuhan kredit seiring berlanjutnya pemulihan ekonomi serta efek kenaikan suku bunga tahun lalu.

Selain itu, Cheril menyoroti kinerja emiten kesehatan, terutama rumah sakit. Meski pandemi sudah menjadi endemi, pasien rawat inap maupun rawat jalan tetap berpotensi tumbuh di tengah penyesuaian tarif Indonesian Case Based Groups (INA CBGs).

Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menimpali, emiten yang berpeluang mencetak kinerja apik di semester I-2023 ada di sektor keuangan (bank), infrastruktur (telekomunikasi), consumer non-cyclicals (processed foods), dan industrial (multi-sector holdings). Sedangkan kinerja sektor energi lebih berpotensi menyusut.

 

Sementara dari sisi pergerakan sahamnya, pelaku pasar tampak sudah terlebih dulu mengantisipasi musim rilis kinerja emiten. "Terutama saham-saham yang sudah menunjukkan pertumbuhan di kuartal pertama," kata Sukarno kepada Kontan.co.id, Kamis (27/7).

Baca Juga: Susunan 10 Bank Beraset Besar Berubah, Analis Jagokan BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI

Kepala Riset FAC Sekuritas Indonesia, Wisnu Prambudi Wibowo sepakat, pelaku pasar telah melakukan antisipasi. Tampak dari aksi beli investor asing di pasar domestik dalam sebulan terakhir.

Hal ini turut menjadi katalis penting yang mendorong tren penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Hanya saja, setelah melejit lima hari beruntun IHSG tergelincir pada Kamis (27/7), ambles 0,74% ke level 6.896,66. Cheril melihat ada indikasi jenuh beli dan pelaku pasar sudah melakukan priced in terhadap sentimen rilis kinerja emiten maupun arah suku bunga acuan yang kian terukur.

Menimbang kondisi tersebut, investor perlu lebih selektif dalam memilih saham. Pengamat Pasar Modal dan Founder WH-Project William Hartanto mengamati pelemahan IHSG masih berupa koreksi teknikal yang wajar.

Momentum saat ini bisa dimanfaatkan untuk koleksi saham dengan kombinasi analisa fundamental dan teknikal.

"Jika tren masih naik bisa dibeli sahamnya, misalnya saham-saham perbankan. Ketika fundamentalnya tumbuh, maka sahamnya sudah tepat, tinggal timing beli yang bisa diukur dengan analisis teknikal," terang William.

Baca Juga: Intip Rekomendasi Teknikal NCKL, BBRI, dan ASSA untuk Jumat (28/7)

William menyematkan rekomendasi buy untuk saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI). Analis Kanaka Hita Solvera, Raditya Krisna Pradana juga menyarankan untuk mengantisipasi emiten dengan prospek apik yang belum merilis laporan keuangan.

Raditya menilai, saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) menarik untuk mulai koleksi. Bagi emiten yang sudah merilis kinerja, Raditya merekomendasikan buy saham AKRA.

Sementara itu, Sukarno menilai saham MAPI, PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA), AKRA dan SILO menarik untuk trading buy. Kemudian untuk saham-saham yang menunjukkan sinyal dowtrend seperti SIDO, UNVR, dan PT Temas Tbk (TMAS) bisa dipertimbangkan untuk trading sell.

Sedangkan Cheril menjagokan saham BBRI dengan target harga Rp 6.200 dan stoploss di Rp 5.400. Selanjutnya, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) target harga Rp 1.900 dan stoploss Rp 1.500, serta SILO dengan target harga Rp 2.200 dan stoploss di Rp 1.800.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×