Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persepsi risiko investasi Indonesia kembali memburuk di tengah memanasnya konflik perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China akhir-akhir ini.
Mengutip Bloomberg, indeks persepsi risiko investasi atau Credit Default Swap (CDS) Indonesia tenor 5 tahun berada di level 103,05 pada perdagangan Jumat (10/5) lalu. Sudah tiga hari beruntun CDS tenor 5 tahun berada di area 100. Sebelumnya, terakhir kali CDS tenor 5 tahun berada di area 100 adalah di bulan Maret silam.
CDS Indonesia tenor 10 tahun juga melonjak ke level 181,03 pada Kamis (9/5) lalu. Padahal, pada 17 April lalu CDS tenor 10 tahun sempat menyentuh level terendah di tahun ini pada level 157,85.
Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich menyampaikan, kekhawatiran berskala global tengah terjadi dalam beberapa waktu terakhir setelah Presiden AS Donald Trump mengancam untuk menaikkan bea impor atas produk China sebesar 25% atau US$ 325 miliar. Hal ini merupakan buntut dari berlarutnya negosiasi dagang antar kedua negara.
Jumat (10/5) lalu, AS telah menaikkan bea impor dari 10% menjadi 25% untuk produk China bernilai US$ 200 miliar, sehingga membuat perang dagang masih akan berlanjut.
Sentimen tersebut yang akhirnya memicu kenaikan CDS Indonesia, baik tenor 5 tahun ataupun 10 tahun. “Kenaikan CDS Indonesia sejalan dengan pelemahan rupiah dan mata uang emerging market lainnya,” ungkap Farash, Jumat (10/5).
Tren kenaikan CDS sebenarnya juga dialami oleh negara-negara berkembang lainnya. Ambil contoh CDS Filipina tenor 5 tahun yang Jumat lalu bertengger di level 55,56. Sepekan sebelumnya, CDS di negara tersebut masih berada di level 49,73.
Head of Fixed Income Syailendra Capital Enry Danil berpendapat, tren kenaikan CDS membuat para investor asing untuk sementara menjauhi aset-aset berisiko, sehingga aksi jual tak terhindarkan.
Di pasar obligasi misalnya, hingga 8 Mei nilai kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) tercatat sebesar Rp 959,45 triliun. Padahal, 26 April lalu nilai kepemilikan asing di SBN masih berada di level Rp 964,74 triliun. “Kalau CDS Indonesia tambah naik, bukan tidak mungkin aksi jual investor asing akan terus berlanjut,” imbuh Enry, akhir pekan lalu.
Tak hanya itu, lonjakan CDS Indonesia juga cukup berkorelasi dengan ketidakpastian yang melanda pasar obligasi Indonesia. Ini terlihat dari yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun yang sempat menembus level 8,03% pada Kamis (9/5) silam sebelum akhirnya turun lagi menjadi 7,98% sehari berselang.
Enry menilai, untuk saat ini fokus utama para pelaku pasar masih tertuju pada perkembangan perang dagang yang melibatkan AS dan China. Artinya, CDS Indonesia kemungkinan baru bisa turun lagi jika sentimen negatif tersebut mereda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News