kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.430.000   -10.000   -0,69%
  • USD/IDR 15.349   -10,00   -0,07%
  • IDX 7.863   33,73   0,43%
  • KOMPAS100 1.201   5,02   0,42%
  • LQ45 975   5,23   0,54%
  • ISSI 228   0,43   0,19%
  • IDX30 498   2,73   0,55%
  • IDXHIDIV20 600   2,96   0,50%
  • IDX80 136   0,54   0,40%
  • IDXV30 140   0,50   0,36%
  • IDXQ30 167   0,69   0,42%

Catat Prediksi Rupiah di Hari Ini (6/6) Setelah Tertekan di Tengah Pekan


Kamis, 06 Juni 2024 / 05:45 WIB
Catat Prediksi Rupiah di Hari Ini (6/6) Setelah Tertekan di Tengah Pekan
ILUSTRASI. Rabu (5/6), kurs rupiah Jisdor melemah 0,38% ke Rp 16.282 per dolar AS.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masih ada potensi penguatan bagi rupiah setelah tertekan pada perdagangan kemarin. Data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang lebih rendah ketimbang prediksi menjadi sentimen positif bagi rupiah.

Rabu (5/6), kurs rupiah spot melemah 0,41% ke Rp 16.287 per dolar AS. Sedangkan kurs rupiah Jisdor melemah 0,38% ke Rp 16.282 per dolar AS.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mencermati, pelemahan rupiah hari ini berkaitan dengan penantian menjelang rilis data cadangan devisa (cadev) Indonesia pada Jumat (7/6). Dari eksternal, pelemahan rupiah dipengaruhi investor yang menunggu pengumuman European Central Bank (ECB) esok hari.

Depresiasi rupiah juga didukung oleh permintaan dolar AS di pasar domestik. Walau demikian, Josua melihat rupiah berpotensi menguat pada perdagangan besok hari, Kamis (6/6). Proyeksi itu karena menilai adanya potensi penurunan data ketenagakerjaan Amerika yaitu ADP Employment Change.

“Penurunan data ADP tersebut akan berdampak pada peningkatan ekspektasi penurunan Fed Funds Rate (FFR) di tahun 2024,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Rabu (5/6).

Josua memperkirakan rupiah akan bergerak dalam kisaran Rp 16.225 per dolar AS–Rp 16.325 per dolar AS pada hari ini, Kamis (6/6)

Baca Juga: Rupiah Jisdor Melemah 0,38% ke Rp 16.282 Per Dolar AS Pada Rabu (5/6)

Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengatakan, pelemahan rupiah kemarin merupakan catatan buruk karena rupiah menduduki posisi terlemah sejak April 2020 atau dalam 4 tahun terakhir.

Tidak hanya pergerakan mata uang, pasar saham anjlok lebih dari 2%. Di pasar surat utang, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah tenor 10 tahun naik 1,7 basis poin (bps). Kenaikan yield menandakan harga obligasi sedang turun.

“Faktor penyebab tidak lepas karena pengaruh dari arus modal asing yang keluar,” ujar Nanang kepada Kontan.co.id, Rabu (5/6).

Nanang menambahkan, kecemasan akan pelebaran defisit fiskal untuk mengakomodasi program-program dari pasangan presiden terpilih menambah kekhawatiran domestik. Pemerintah memperkirakan defisit anggaran tahun depan bisa mencapai 2,82% dari PDB, lebih besar dibandingkan tahun ini yang diperkirakan 2,29%.

Baca Juga: IHSG Bisa Terus Turun Selama BREN Masih di Papan Pemantauan Khusus FCA

Faktor lainnya yang memicu pelemahan rupiah adalah ketidakpastian mengenai arah kebijakan Federal Reserve yang saat ini menjadi sorotan global di tengah ancaman perlambatan ekonomi. Bank sentral AS itu diperkirakan masih mempertahankan suku bunga yang ada, sembari menantikan rilisan data terbaru yakni ketenagakerjaan dan inflasi CPI.

Nanang menjelaskan, bila data inflasi dan ketenagakerjaan melambat signifikan, tidak menutup kemungkinan percepatan pemangkasan suku bunga. Namun, investor saat ini lebih memilih pegang dolar karena terfokus pada data nonfarm payroll (NFP) yang dirilis hari Jumat (7/6).

“Pergerakan rupiah yang melemah ini tengah dalam pantauan otoritas BI dan Pemerintah, bila pelemahan terlalu jauh, tidak menutup kemungkinan akan adanya intervensi,” imbuh Nanang.

Nanang memprediksi rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 16.150 per dolar AS–Rp 16.350 per dolar AS di perdagangan Kamis (6/6).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×