Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rupiah diperkirakan bergerak fluktuatif di perdagangan, Senin (4/3). Mata uang garuda berpeluang menguat, namun masih dibayangi kekhawatiran berbagai data ekonomi.
Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong mencermati, rupiah berpotensi menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di perdagangan Senin (4/3). Hal itu seiring Greenback mengalami pelemahan cukup besar, setelah data manufaktur Amerika yang lebih rendah dari perkiraan dan masih terkontraksi.
Di akhir pekan Jumat (1/3), rupiah dan beberapa mata uang Asia lainnya terpantau menguat terhadap dolar AS turut dipengaruhi data PMI China yang kuat. Ini memutus pelemahan rupiah dari awal pekan di tengah antisipasi data inflasi Price Consumption Expenditure (PCE) AS. Rupiah juga tertekan oleh kekhawatiran akan naiknya inflasi Indonesia menyusul tingginya harga beras.
“Rupiah berpotensi menguat terhadap dolar AS yang pada hari Jumat mengalami pelemahan,” kata Lukman kepada Kontan.co.id, Minggu (3/3).
Namun, Lukman menilai, rupiah kemungkinan bisa berbalik tertekan seiring berbagai data ekonomi, baik dari internal ataupun eksternal di pekan depan. Dari dalam negeri, rilis data cadangan devisa (cadev) Februari pada Kamis (7/3) diperkirakan bakal kembali turun. Sementara, Amerika akan merilis data Non Farm Payroll (NFP) pada Jumat (8/3) yang diproyeksi lebih kuat.
Baca Juga: Tertekan Kekhawatiran Data Inflasi, Rupiah Melemah Sepanjang Pekan
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, indeks PCE AS memicu harapan bahwa inflasi akan turun dalam beberapa bulan mendatang, sehingga memberikan pertanda suku bunga dipangkas pada bulan Juni. Namun, para pedagang hanya sedikit berekspektasi suku bunga bakal turun pada bulan Juni, sementara pertaruhan untuk mempertahankan suku bunga tetap stabil.
Sejumlah pejabat The Fed juga memperingatkan bahwa inflasi yang tinggi akan membuat bank sentral tidak terburu-buru untuk mulai melonggarkan kebijakannya yang menunjukkan bahwa kenaikan inflasi di masa depan kemungkinan akan mengurangi prospek penurunan suku bunga di bulan Juni.
Selain itu, Ibrahim menambahkan, survei swasta terpisah menunjukkan sektor manufaktur Tiongkok berkembang pada bulan Februari. Namun data resmi menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur terbesar Tiongkok masih berada di bawah tekanan akibat lemahnya permintaan lokal dan luar negeri.
Dari dalam negeri, rupiah akan dipengaruhi oleh rilis data inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Februari 2024 inflasi sebesar 0,37% secara bulanan dengan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,58. Sedangkan, tingkat inflasi tahunan tercatat 2,75%YoY dan tingkat inflasi di sepanjang tahun ini sebesar 0,41% year to date (ytd).
Tingkat inflasi bulanan Februari 2024 lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan bulan yang sama di tahun lalu. Penyumbang inflasi terbesar pada Januari 2024 berdasarkan kelompok pengeluaran adalah makanan, minuman dan tembakau.
“Untuk perdagangan senin depan, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah,” tulis Ibrahim dalam riset harian, Jumat (1/3).
Ibrahim memperkirakan rupiah bakal bergerak dalam rentang Rp15.690 - Rp15.740 per dolar AS di perdagangan, Senin (4/3). Sedangkan, Lukman memprediksi rupiah akan bergerak dalam rentang Rp15.600 – Rp 15.750 per dolar AS.
Adapun nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup pada posisi Rp 15.704 per dolar AS, Jumat (1/3). Ini membuat rupiah menguat sekitar 0,10% secara harian, tapi terkoreksi 0,67% secara mingguan.
Sementara, rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) ditutup pada posisi Rp 15.696 per dolar AS pada Jumat (1/3), menguat sekitar 0,12% secara harian. Namun melemah sekitar 0,68% secara mingguan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News