Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembagian dividen interim menjadi salah satu momentum yang ditunggu para pelaku pasar. Emiten biasanya akan membagikan dividen interim pada kuartal akhir sebelum tutup buku tahun berjalan.
Emiten yang terpantau rajin membagikan dividen interim adalah emiten sektor pertambangan batubara.
Sejumlah emiten di sektor ini tercatat telah membagikan dividen interim kepada pemegang sahamnya, sebut saja PT Baramulti Suksessarana Tbk (BSSR), PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP), dan PT Indika Energy Tbk (INDY).
Terbaru ada pembagian dividen interim dari PT United Tractors Tbk (UNTR) dan PT Dana Brata Luhur Tbk (TEBE) yang sama-sama berkecimpung di dunia tambang batubara.
Baca Juga: Per Agustus 2022, Realisasi PNBP Sudah Capai 80,1% dari Target
Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan menilai, naiknya pendapatan emiten berbasis batubara di tahun ini menjadi pendorong utama untuk memberikan bagi hasil kepada pemegang saham dalam bentuk dividen, khususnya dividen interim.
Menurut Felix, emiten batubara kelas kakap seperti PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dan juga PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) sangat memungkinkan untuk membagikan dividen interim.
“Karena bisnis utama mereka juga masih sangat baik seiring dengan solidnya harga batubara di sepanjang tahun ini. Namun memang kita perlu menanti bagaimana keputusan final dari manajemen emiten-emiten tersebut,” terang Felix kepada Kontan.co.id, Jumat (30/9).
Tahun lalu, ADRO tercatat membagikan dividen interim untuk tahun buku 2021 senilai US$ 350 juta. Sementara ITMG tercatat membagikan dividen interim sebesar US$ 94,1 juta di tahun yang sama.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan memperkirakan, ITMG akan mempertahankan kemurahhatian dalam kebijakan pembayaran dividen. Hasan mengasumsikan, rasio pembayaran dividen ITMG tidak berubah, yakni pada tingkat 70%.
Baca Juga: Menebak Arah Pergerakan IHSG Jelang FOMC dan RDG BI September 2022
Dengan demikian, Hasan berekspektasi ITMG membagikan dividen sebesar US$ 781 juta, yang akan dibayarkan dalam dua tahap. BRI Danareksa Sekuritas memperkirakan dividen interim tahun ini sebesar US$ 221 juta, dengan sisa dividen sebesar US$ 560 juta akan dibagikan pada kuartal pertama 2023.
Dalam pandangan Hasan, ITMG dapat memenuhi target produksinya. Hal ini karena produksi batubara ITMG pada kuartal kedua 2022 mampu mencapai 3,9 juta ton, atau di atas target yang dipasang manajemen, yakni sebesar 3,8 juta ton.
Dus, ITMG dinilai dapat mencapai target produksi 2022 yang dipasang BRI Danareksa Sekuritas, yakni sebesar 18 juta ton.
Harga batubara masih solid
Kedua analis sepakat bahwa harga batubara masih akan tinggi di sisa tahun ini. Felix memproyeksi harga batubara menjelang musim dingin masih akan sangat solid dan bisa bertahan di atas level US$ 400 per ton.
Hal ini karena memang tensi Eropa dan Rusia yang masih berlanjut. Terlebih saat ini ada kebocoran pipa gas Nord stream.
Senada, Hasan menilai, harga batubara akan tetap tinggi akibat krisis energi yang berkepanjangan. Pada kuartal berikutnya, pasokan batubara dengan kalori menengah dari Rusia semakin ketat, seiring mendekatnya musim dingin. Krisis energi juga akan berlanjut di tahun 2023, yang berarti harga batubara akan tetap di atas angin.
Baca Juga: Indo Tambangraya (ITMG) Optimistis Target Produksi Batubara di 2022 Tercapai
Akibatnya, Hasan menaikkan asumsi harga batubara di tahun 2023, dari semula US$ 150 per ton menjadi US$ 170 per ton.
BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli saham ITMG dengan target harga yang lebih tinggi, yakni Rp 50.000 dari sebelumnya Rp 35.000. Risiko terhadap rekomendasi ini termasuk namun tidak terbatas pada harga batubara yang lebih rendah dan gangguan penambangan karena cuaca buruk.
Felix menilai, pelaku pasar perlu mencermati situasi terkini dalam berburu dividen interim. Hal ini mengingat pasar saham yang cukup banyak mendapat sentimen negatif khususnya dari Eropa dan Amerika Serikat (AS).
Dus, investor perlu menghitung secara cermat apakah dividen yield yang mungkin didapatkan setimpal dengan risiko yg ada saat ini. “Atau bisa jadi saat-saat ini merupakan saatnya membeli karena ada diskon. Tentu ini menjadi preferensi masing-masing pelaku pasar,” pungkas Felix
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News