Reporter: Benedicta Prima | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia Investment Authority dibentuk oleh pemerintah untuk mengelola aset domestik yang dianggap perlu untuk dilakukan pembangunan. Lembaga ini nantinya akan membantu menemukan para investor dengan aset yang akan dibangun maupun dikelola.
Atas dasar itu, maka emiten konstruksi terutama BUMN Karya yang berkaitan erat dengan pembangunan infrastruktur negara mendapatkan angin segar. Namun BUMN Karya tak hanya bergantung pada pendanaan melalui lembaga sovereign wealth fund (SWF) ini, melainkan juga menyiapkan beberapa strategi.
Sekretaris Perusahaan PT PP Tbk (PTPP) Yuyus Juarsa menjelaskan saat ini kondisi debt to equity ratio (DER) masih sangat baik di level 1,32 kali. Dengan kondisi tersebut,PTPP menyiapkan strategi untuk memenuhi cashflow dengan strategy cash flow leadership.
Baca Juga: Sariguna Primatirta (CLEO) bidik pertumbuhan penjualan hingga 30% di tahun 2021
"Fokus pada proyek-proyek APBN dan APBD, BUMN serta selected market. PP juga menetapkan smart recycling asset," jelas Yuyus kepada Kontan, Rabu (19/5).
Sementara itu Direktur Keuangan PT Adhi Karya Tbk Agung Darmawan menjelaskan apabila dilihat dari rasio DER, emiten berkode saham ADHI ini memang relatif lebih besar dibanding yang lain. Bila melihat laporan keuangan ADHI per kuartal I-2021, tercatat rasio liabilitas terhadap modal bersih mencapai 558,66%.
Namun, lanjut Agung, apabila dilihat secara nominal nilai utang ADHI cenderung paling kecil. Artinya, penyebab rasio DER tinggi adalah karena rendahnya ekuitas ADHI.
"yang terpenting adalah bagaimana memanage leverage yang ada secara produktif dengan tidak memegang portofolio investasi dalam jangka panjang. Ini salah satu strategi untuk menjaga cashflow," jelas Agung.
Agung juga menjelaskan ADHI selama ini belum memiliki portofolio investasi, hanya fokus pada kontraktor secara umum. Investasi yang baru dilakukan ADHI adalah Tol Jogja-Solo-Bawen yang baru saja dimulai proyeknya.
Baca Juga: Belanja modal UNTR di tambang Martabe capai sekitar US$ 7 juta di kuartal I-2021
Sementara itu Sekretaris Perusahaan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) Mahendra Vijaya menjelaskan rasio utang berbunga WIKA saat ini sebesar 1,58 kali di bawah covenant yang sebesar 3,5 kali. Dengan kondisi tersebut WIKA menjaga cashflow dengan melakukan percepatan penagihan piutang dan fokus pada proyek dengan capital recycle yang cepat. "Seperti skema progres payment," imbuhnya.
Analis Artha Sekuritas Dennies Christoper Jordan menjelaskan di tahun ini emiten konstruksi pasti mengejar ketertinggalan di tahun lalu akibat Covid-19. Di mana pada tahun lalu banyak proyek berjalan yang pembayaran tertunda, sehingga memperburuk kondisi cashflow emiten.