Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih bergairah. Per Kamis (7/4), IHSG ditutup pada level 7.127,367 alias sudah menguat 8,29% sejak awal tahun atau secara year-to-date (ytd). IHSG juga beberapa kali memecahkan rekor tertingginya sepanjang masa alias all time high.
Penguatan IHSG dinilai bisa menjadi momentum bagi pelaku pasar untuk mencari saham multibagger atau saham yang berpotensi naik berkali lipat.
Salah satu cara mengidentifikasi potensi saham yang menjadi bagger adalah dari sisi akumulasi. Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan, semakin besar akumulasi maka semakin besar potensi saham tersebut untuk menjadi bagger.
Tentunya setelah proses akumulasi selesai, saham akan mengalami yang namanya markup, yang mana sama dengan kondisi saham ketika sudah uptrend. Kata William, salah satu kondisi uptrend yang terbaik secara teknikal adalah candlestick yang solid menguat di atas indikator MA5 dan MA20, dengan volume harian yang meningkat.
Baca Juga: Simak Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Perdagangan Jumat (8/4)
“Perlu dipahami bahwa saham-saham multibagger tidak selalu saham yang naik dengan alasan, namun kalau ciri-ciri yang saya sebutkan tadi terpenuhi, maka potensi untuk mencapai bagger bisa tercapai,” terang William kepada Kontan.co.id, Kamis (7/4).
Menurut William, sektor yang bisa diperhatikan saat ini adalah dari sektor infrastruktur. Selain itu, indeks IDX noncyclical bisa menjadi pilihan juga. William menilai indeks ini memiliki saham-saham yang menarik dan berpotensi bagger. Sementara itu, saham komoditas sudah banyak yang bagger sejak tahun lalu. “Justru sekarang lebih riskan kalau baru masuk,” sambung William.
Senada, Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Desy Israhyanti menilai, secara jangka pendek hingga menengah saham-saham tambang berpeluang masih akan naik, meskipun memang tidak akan sebesar sebelumnya. Sebab, secara fundamental, Desy melihat pergerakan harga komoditas akan beriringan dengan seberapa lama konflik Rusia dan Ukraina berlangsung, yang menjadi sentimen penggerak pasar.
Berkaca dari tahun lalu saat krisis energi melanda sejumlah negara, harga komoditas melonjak dan berangsur turun ketika ada intervensi pemerintah China untuk mendorong produksi. Meskipun turun, harga masih terbilang menarik karena berada di atas rata-rata tahunan sebab masih didukung dengan sentimen musim dingin yang berlangsung.
Namun, saat ini ceritanya agak berbeda. “Ketika konflik berakhir juga menandakan berakhirnya harga komoditas. Apalagi outlook inflasi global yang cenderung naik imbas konflik tersebut tidak akan terus dipertahankan menguat sebab menyengsarakan banyak negara pengimpor komoditas,” terang Desy.
Baca Juga: IHSG Menguat ke 7.127 Diikuti Net Buy Asing Pada Kamis (7/4)
Selain saham tambang, Desy juga melihat saham perbankan yang berjalan sesuai dengan pergerakan ekonomi, akan terdorong oleh momentum pemulihan ekonomi yang saat ini tengah melaju.
Perbankan dinilai menjadi pintu awal ketika ekonomi membaik, dimana penyaluran kredit tumbuh dan perputaran aktivitas bisnis dapat berjalan dengan baik. Selanjutnya, saham yang berwawasan lingkungan, sosial dan tata kelola yang baik dinilai prospektif secara jangka panjang sejalan dengan program pemerintah yakni net zero emission.
Di kedua sektor ini, Dessy merekomendasikan sejumlah saham yang menarik. Diantaranya saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dengan target harga Rp 30.870, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan target harga Rp 3.994, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan target harga Rp 9.140, PT CIMB Niaga Tbk (BNGA) dengan target harga Rp 1.314, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan target harga Rp 9.131.