kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cara paling pas membiakkan emas


Kamis, 10 September 2015 / 09:00 WIB
Cara paling pas membiakkan emas


Reporter: Andri Indradie, Silvana Maya Pratiwi , Tedy Gumilar | Editor: Tri Adi

Satu fakta yang harus Anda ketahui: setiap instrumen investasi memiliki kekurangan dan kelebihannya sendiri. Tak terkecuali emas.

Jadi, bagi yang ingin membiakan duit di emas, hal berikut bisa menjadi pertimbangan:

Pertama, pada saat membeli emas, harga pembelian yang Anda bayarkan berbeda dengan harga pembelian kembali (buyback). Data menunjukkan, Kamis (3/9) lalu, harga pembelian emas di angka Rp 520.000 per gram dengan harga buyback Rp 500.000 per gram. Sedang untuk logam mulia (LM) 5 gram, PT Aneka Tambang (Antam) Tbk membanderol harga
Rp 531.000 per gram dengan buyback Rp 500.000 segram.

Ada selisih harga beli yang perlu Anda perhitungan jika menjadikan emas sebagai instrumen investasi. Menurut Tonny Mariano, Analis PT Esandar Arthamas Berjangka, karena selisih harga beli itulah, LM tidak cocok sebagai instrumen investasi jangka pendek. “Kalau selisihnya Rp 10.000 per gram–Rp 15.000 per gram masih mungkin,” kata Tonny.

Kedua, perhatikan tingkat inflasi. Tonny bilang, untuk menahan laju inflasi, emas memang lumayan. Tapi, saat ini inflasi jauh lebih tinggi dari suku bunga. “Taruh di deposito lebih untung dari emas. Lain halnya kalau inflasi kita 7%, taruh di emas saja,” imbuh dia.

Ketiga, saat Anda membeli, perhatikan tahun LM dicetak. Sebab, tahun pencetakan menentukan pula harga buyback-nya. Contoh, Anda mengoleksi LM sejak tahun 2010. Nah, LM Anda yang bertahun cetak 2015 biasanya harga buyback-nya akan lebih mahal ketimbang tahun cetak yang 2010. Perlu diingat juga, jika diperhatikan semakin kecil produk LM yang Anda beli, maka harganya juga lebih mahal. Misalnya, LM 5 gram jatuhnya akan lebih mahal ketimbang LM 50 gram, kalau Anda hitung berdasarkan harga setiap gramnya.

Keempat, emas membutuhkan tempat penyimpanan. Ini juga salah satu risiko yang patut Anda pikirkan. Bagaimana jika tempat Anda menyimpan emas ternyata tidak aman?

Kelima, dan paling penting, risiko fluktuasi harga. Tak ada instrumen investasi yang bebas risiko. Malah ada yang bilang, emas sebenarnya bukan instrumen investasi, melainkan alat mengamankan daya beli saja. Maksudnya, sebagai solusi atas nilai mata uang rupiah yang bisa saja tergerus inflasi.

Meski begitu, Ayu, 44 tahun, mantan karyawan swasta yang sekarang menjadi ibu rumah tangga, mengatakan, setiap kali membeli emas, dirinya tak pernah melihat fluktuasi harga. Apa yang dilakukannya sejak 15 tahun belakangan adalah menabung uang dalam jumlah tertentu, lantas memakainya untuk membeli LM.

Tentu, uang yang dipakai Ayu untuk membeli emas bukan berasal dari utang atau uang pinjaman. Ia benar-benar menggunakan duit “menganggur” alias uang tabungan. Dia juga tidak menggunakan berbagai skema investasi, seperti trading emas, berkebun emas, mencicil emas, dan sebagainya.


Mengelola sendiri
Tapi, tak salah juga memakai pembiayaan dengan skema mencicil jika Anda bukan tipe orang yang sabar menabung. Anda bisa memanfaatkan berbagai skema pembiayaan yang ditawarkan perbankan syariah atau PT Pegadaian untuk mendapatkan emas. Hanya, Anda harus tahu betul, ada biaya tambahan yang mengikutinya.

Yang harus Anda perhatikan benar adalah, jika ada perusahaan yang menawarkan skema trading atau investasi emas dengan return yang tidak masuk akal. Iming-iming return-nya sangat besar. Katakanlah, return-nya 20% per bulan. Alhasil, emas bukan sebagai instrumen risiko rendah lagi, tapi Anda malah menjadikannya sangat berisiko. Bahkan, bukan tidak mungkin uang yang Anda setorkan tak kembali.

Risiko ini bisa saja terjadi kalau kredibilitas perusahaan tersebut buruk dan tidak jelas. Tak sedikit investor yang ujung-ujungnya justru terjerumus, lo. Bukan emas atau return yang didapat, malah uang “dimakan” dan dibawa kabur oleh manajemen atau pemilik perusahaan yang tidak kredibel tadi.

Karena risiko-risiko itulah, seperti Ayu, investor bernama Gita Leviana pun membeli emas dari uang tabungan dan mengelolanya sendiri. Perempuan 22 tahun yang sehari-hari bekerja sebagai staf di kantor Dewan Perwakilan Rakyat ini berpikir, mengelola emas sendiri merupakan cara yang pas meminimalisir risiko-risiko.

Sah-sah saja, sih. Cuma, Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures menggarisbawahi, emas yang Anda pakai sebagai investasi jangan perhiasan, melainkan LM. Soalnya, harga jual perhiasan tak sebanding dengan harga pada saat membeli. “Harga perhiasan pasti turun. Daripada beli perhiasan, orang merasa lebih baik beli dollar Amerika Serikat,” tutur Deddy.

Selain LM, Anda juga bisa menjajal investasi koin emas alias dinar. Koin yang satu kepingnya berkadar 22 karat emas dengan berat 4,25 gram ini juga layak Anda lirik. Keunggulannya, harga beli lebih murah dan selisihnya dengan harga buyback juga tak terlalu besar.

Di laman www.geraidinar.com, Kamis (3/9) lalu harga beli dinar dibanderol Rp 2.003.511 per koin, dengan harga buyback Rp 1.923.371. Selisihnya sekitar Rp 18.900-an doang. Catatan saja, dalam 10 tahun terakhir harga dinar melesat sekitar 332% atau rata-rata dalam setahun tumbuh 33%. Setahun terakhir ini dinar naik 5,25%.

Alternatif lain membiakkan emas, juga bisa dengan investasi di bursa berjangka. Caranya cukup mudah, kok. Anda tinggal datang ke perusahaan berjangka komoditas yang punya produk trading emas. Modal yang Anda butuhkan di kisaran Rp 30 juta–Rp 100 juta. Bisa saja, sih, cuma bermodal Rp 5 juta, tapi menggunakan perusahaan trading online.

Cuma, untuk membiakkan duit lewat cara ini, Anda mesti cukup punya pengetahuan dan rela berusaha keras mempelajari istilah-istilah trading. Plus Anda mau memperdalam segala hal yang berkaitan dengan investasi emas berjangka.

Yang pasti, hingga akhir tahun ini, Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere optimistis, harga emas yang saat ini terpuruk masih punya kesempatan rebound yang luar biasa.

Menilik data historis, posisi ini mirip dengan situasi sekitar tahun 1970-an silam, di mana harga emas terkoreksi sekitar 47% dari Januari 1975 hingga Agustus 1976. Saat ini, harga emas sudah terkoreksi sebesar 45%. Jadi, “Boleh dikatakan, ini mirip sekali,” tutur Nico. Jika benar-benar bisa terjadi rebound, Nico melanjutkan, bukan tidak mungkin harga emas bisa  reli hingga 800%.

Kesempatan ini bagus sekali jika Anda tertarik mengambil keuntungan besar dari trading emas. Tapi, ingat betul: high return, high risk. Mau seperti Ayu dan Gita yang memilih membeli emas batangan dan mengelolanya sendiri? Membeli dinar? Atau, menjadi investor dan trader emas berjangka? Silakan Anda tentukan sendiri mana yang paling pas.    

Laporan Utama
Mingguan Kontan No. 49-XIX, 2015

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×