Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
SINGAPURA. Seperti yang diprediksi sebelumnya, cadangan crude palm oil (CPO) di Malaysia mencatat kenaikan yang terbilang tinggi. Bahkan lonjakannya melampaui estimasi analis.
Data Malaysian Palm Oil Board menunjukkan, cadangan CPO naik 2,3% menjadi 2,56 juta metrik ton pada November dibanding bulan sebelumnya. Angka tersbeut melebihi nilai tengah estimasi analis pada pekan lalu yang mematok angka 2,5 juta ton.
Sementara, tingkat produksi CPO turun 2,6% menjadi 1,89 juta ton dan tingkat ekspor turun 5,7% menjadi 1,66 juta ton. Kondisi ini menunjukkan lemahnya permintaan global.
Seperti yang diketahui, isu lonjakan cadangan sudah menggerus harga CPO beberapa waktu terakhir. Jika dilihat, harga kontrak CPO sudah terpangkas hingga 24% sejak akhir Agustus lalu di tengah kenaikan produksi dan perlambatan ekonomi di China dan Eropa.
Menurut Dorab Mistry, director Godrej International Ltd, tingginya cadangan CPO di Indonesia dan Malaysia akan menyebabkan harga CPO ditransaksikan pada kisaran 2.300 ringgit hingga 2.600 ringgit per ton hingga Februari 2013 mendatang.
"Tingginya cadangan CPO sudah pasti akan menekan harganya. Apalagi, biasanya, produksi CPO akan naik pada periode Juli hingga Oktober, sebelum akhirnya turun lagi sejak November," jelas Gnanasekar Thiagarajan, director Commtrendz Risk Management ServicesPvt di Mumbai.
Sekadar tambahan informasi, pada penutupan sesi I, harga kontrak CPO untuk pengantaran Februari naik 0,4% menjadi 2.306 ringgit atau US$ 754 di Malaysia Derivatives Exchange. Pada 21 November lalu, harga kontrak CPO sempat tergerus ke posisi 2,220 ringgit per ton, level terendah untuk kontrak teraktif sejak November 2009 silam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News