Reporter: Muhammad Khairul | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. PT Bumi Resources Minerals Tbk (BMRS) melaporkan, jumlah cadangan tambang milik PT Gorontalo Minerals lebih besar dari estimasi awal.
Analis Samuel Sekuritas Yualdo T. Prawiro mengatakan, angka cadangan mineral yang dilaporkan Joint Ore Reserve Committe Resources (JORC Resources) ini lebih tinggi 133,6% dari perkiraan awal 125 juta ton. “Ini menghilangkan keraguan terkait deposit mineral di Gorontalo yang selama ini hanya dapat diperkirakan,” kata dia.
Hanya saja, BRMS masih sangat terkendala dalam realisasi produksi dari portofolio aset yang ada. “Karena posisi kas terbatas,” ujar dia. Posisi kas dan setara kas BRMS per Juni hanya US$ 67,24 juta.
BRMS memiliki dua aset terbesar, yakni di Dairi (Sumatera Utara) dan Gorontalo. Dairi membutuhkan sekitar US$ 100 juta per tahun hingga 2014. Sementara proyek Gorontalo telah menghabiskan US$ 75 juta dan masih membutuhkan lebih dari US$ 100 juta sampai produksi di 2015.
Hitungan Yualdo, kas BRMS akan negatif di 2013 dan 2014 apabila harus membiayai kedua proyek. Alternatifnya, emiten harus mencari project financing untuk tiap proyek setidaknya hingga tiga tahun ke depan.
Alternatif lain dengan menjual saham BRMS. Sebelumnya, Presiden Direktur BRMS Samin Tan pernah menyatakan akan menjual 20% saham BRMS dengan target perolehan dana sebesar US$ 400 juta.
Meleset
Anak usaha BRMS yang bisa berproduksi dalam waktu dekat adalah tambang biji besi di Mauritania, Afrika Selatan. “Mauritania baru dapat berkontribusi tahun depan karena belum dapat surat izin ekspor dari pemerintah Mauritania,” ujar Yualdo.
Padahal, rencana awal, tambang ini bisa kontribusi pada pertengahan tahun ini dengan 600.000 ton. Namun, Yualdo menduga, kontribusinya baru terasa di 2013 dengan volume produksi 200.000 ton. Itu berarti, senilai US$ 21,6 juta dengan asumsi harga jual rata-rata US$ 120 per ton.
Akibat penundaan tersebut, Yualdo menurunkan estimasi pendapatan 2012 menjadi US$ 23 juta dari proyeksi sebelumnya US$ 90 juta. Dia juga memperkirakan BRMS masih akan merugi hingga tahun depan akibat beban bunga.
Selain itu, setoran laba dari PT Newmont Nusa Tenggara berkurang menjadi US$ 38 juta di tahun ini dari US$ 112 juta di tahun lalu. Ini karena, produksi emas 2012 turun menjadi 70.000 ons dari sebelumnya 318.000 ons. Produksi tembaga juga turun dari 283 juta pon jadi 170 juta pon.
Reza Priyambada, Head of Research Trust Securities, menilai, secara teknikal harga BRMS di Rp 445 merupakan level menarik untuk akumulasi beli.
Para analis yang dihubungi KONTAN pun masih merekomendasikan beli pada saham BRMS. Reza memasang target di Rp 600 – Rp 650 hingga akhir tahun 2012.
Sementara Yualdo menargetkan Rp 790. “Kami melihat potensi pertumbuhan BRMS dari prospek asetnya,” kata ia. Target tersebut mencerminkan price to book value (PBV) 0,99 kali di 2012.
Hariyanto Wijaya, analis Mandiri Sekuritas, menargetkan Rp 830. Sementara Isnaputra Iskandar dari Nomura proyeksi di Rp 810. Senin (15/10), saham BRMS ditutup turun 2,2% di Rp 445.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News