Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksi pembelian kembali (buyback) saham masih ramai menjelang pertengahan tahun ini. Dari sisi dana yang disiapkan emiten, skala buyback bervariasi. mulai dari ratusan juta, puluhan miliar hingga lebih dari satu triliun.
Terbaru, PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) memulai masa buyback saham pada Kamis (25/5) ini. Dengan alokasi dana Rp 50 miliar, periode buyback saham SILO akan berlangsung selama satu tahun hingga 24 Mei 2024.
Selain SILO, sejumlah emiten juga sedang dan akan menggelar buyback saham. Di antaranya PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP), PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL), dan PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC).
Baca Juga: Siloam International (SILO) Bagikan Dividen dan Angkat Presiden Direktur Baru
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Martha Christina, mengungkapkan aksi buyback pada umumnya memberikan pengaruh positif. Namun perlu dicatat, dampaknya bisa secara signifikan atau hanya biasa saja.
Hal itu akan tergantung dari seberapa agresif emiten merealisasikan buyback. Jika emiten menganggarkan dana yang cukup besar dan agresif, dampaknya akan siginifikan terhadap pergerakan harga saham.
"Selain itu investor juga melihat kinerja Perusahaan. Jika kinerjanya positif, lalu melakukan buyback, maka investor akan semakin mempertimbangkan untuk berinvestasi di saham tersebut," kata Martha kepada Kontan.co.id, Kamis (25/5).
Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro sepakat, buyback berpotensi mendongkrak harga dan likuiditas saham. Asalkan emiten tersebut memang memiliki performa fundamental yang apik dan punya cadangan kas yang optimal.
Dengan dasar tersebut, aksi korporasi ini tidak mengganggu cash flow perusahaan. "Ketika melakukan buyback, maka sentimen ini akan menjadi katalis positif untuk emiten-emiten tersebut," tutur Nico.
Baca Juga: Update Harga Emas Hari Ini 24 Mei 2023: Pembeli Sebulan Lalu Rugi 9,87%
Pengamat Pasar Modal dan Founder WH Project, William Hartanto menambahkan, aksi buyback bisa menahan pelemahan harga. Di sisi lain, jika dilakukan saat saham sedang uptrend, maka buyback bisa semakin mendorong penguatan harga sahamnya.
"Bisa ikut beli, karena buyback adalah bentuk dari akumulasi saham, yang biasanya memicu kenaikan harga sehingga berpotensi memberikan profit," ungkap William.
Krusial di Momentum Teknikal
Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menyoroti, selain fundamental emiten, momentum teknikal memegang peranan krusial. Investor kudu cermat, karena ketika tekanan jual lebih kuat dari jumlah saham yang di-buyback, maka penurunan harga akan tetap terjadi.
Di sini lah analisa teknikal penting untuk mencermati sinyal buy. "Gunakan momentum teknikal, terutama saham yang benar-benar sudah melakukan transisi ke uptrend. Tetap membatasi risiko dengan memperhatikan support-support kuatnya," imbuh Sukarno.
Nico menambahkan, ada empat faktor yang perlu diperhatikan pelaku pasar saat ingin mengail cuan dari aksi buyback. Yaitu kombinasi dari kesiapan dana emiten, kondisi fundamental, valuasi saham, serta analisa teknikal untuk menangkap sinyal beli.
"Apakah momentum buyback senada dengan pola teknikal yang mengindikasikan time to buy? jika semua kondisi terpenuhi maka investor bisa time to buy dan bisa memaksimalkan cuan dari aksi korporasi ini," terang Nico.
Baca Juga: Pendapatan Naik, Laba Medco Energi (MEDC) Justru Turun 8,9% di Kuartal I-2023
Saran Nico, pelaku pasar bisa mulai membidik sahamnya setelah emiten mengumumkan akan menggelar buyback. Investor bisa mulai sigap mengambil posisi sebelum periode buyback berlaku.
"Harapannya akan ada uptrend lanjutan setelah itu, terlebih didukung dengan beberapa indikator lainnya seperti fundamental dan teknikal oke, serta valuasi murah," tambah Nico.
Sementara itu, William menilai sebaiknya mulai menjaring saham pada saat periode buyback berlaku. Hanya saja, makin lama periode buyback, dampak terhadap pergerakan konsolidasi harga juga akan semakin lama.
Sedangkan Martha mengingatkan agar investor tidak perlu tergesa-gesa mengejar jika harga sudah naik terlalu tinggi. Apalagi masa buyback berlaku cukup panjang. "Tetap pantau dan usahakan mendapat harga yang rendah menggunakan analisa teknikal," ungkapnya.
Rekomendasi Saham
Dari sejumlah emiten yang sedang dan akan menggelar buyback, Martha menyarankan pelaku pasar untuk mencermati saham BBNI dan MTEL. Kondisi harga, kinerja dan prospek bisnis menjadi pertimbangannya.
Sukarno turut menjagokan saham BBNI dan MTEL. Selain kedua saham itu, Sukarno menilai saham NISP dan MEDC menarik secara fundamental, prospek kinerja dan valuasi. Kemudian, BBRI dan SILO juga prospektif untuk dicermati.
Dilihat dari pergerakan harganya, William memilih saham BBRI, NISP, SILO dan MEDC. Sedangkan Nico menyarankan saham perbankan, dengan rekomendasi buy untuk BBRI [target harga Rp 5.700], BBNI [target harga Rp 9.400] dan NISP [target harga Rp 1.150].
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News