Reporter: Hasyim Ashari | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk terus melakukan ekspansi usaha untuk memperkuat lini bisnis rumah sakit. Emiten dengan kode saham MIKA ini menargetkan akan menambah 6 rumah sakit baru hingga 2020, selain itu akan menambah kapasitas tempat tidur.
Dengan rencana ini tentunya kinerja MIKA ke depannya diprediksi akan lebih ciamik. Apalagi kinerja emiten rumah sakit ini cukup bagus di tahun kemarin, pendapatan tumbuh 13,8% menjadi Rp 2,43 triliun dibanding tahun sebelumnya Rp 2,14 triliun dan laba bersih naik 22,7% menjadi Rp 695,4 miliar dari tahun sebelumnya Rp 566,8 miliar.
Pertumbuhan pendapatan MIKA didorong oleh beberapa faktor di antaranya yaitu kenaikan volume pasien, stabilnya kenaikan beds occupancy rate (BoR) di tengah bertambahnya operating bads. Selain itu outpatient visits juga tetap bertumbuh dan dua rumah sakit baru juga memberikan kontribusi pada pertumbuhan MIKA.
Analis Samuel Sekuritas, Akhmad Nurcahyadi berpendapat komitmen MIKA untuk ekspansi enam rumah sakit hingga 2020 di wilayah Jabodetabek dan Surabaya akan menjadi penjaga pertumbuhan compound annual growth rate (CAGR) ke depannya. Dua rumah sakit baru yaitu rumah sakit ke 13 dan 14 ditargetkan akan beroperasi pada awal 2018 mendatang.
"Penambahan beds capacity yang masih mencukupi di eksisting portofolio RS MIKA akan ikut mendorong stabilnya pertumbuhan laba hingga ekspansi selesai," ujar Akhmad dalam rilisnya pada 30 Maret 2017.
Analis Binaartha Sekuritas, M Nafan Aji menyampaikan tahun ini MIKA akan melakukan ekspansi dua rumah sakit baru, dana yang akan diinvestasikan untuk pembangunan berasal dari belanja modal sebesar Rp 500 miliar. "Langkah ini diyakini dapat meningkatkan kinerja perusahaan ke depannya," ujarnya kepada KONTAN, Rabu (26/4).
Tidak hanya fokus ke pembangunan dua rumah sakit, menurut analis Trimegah Securities Patricia Gabriela, MIKA juga tahun ini akan fokus untuk melakukan akuisisi dan membangun rumah sakit khusus untuk pasien BPJS. Hal ini dalam rangka menangkap peluang pendapatan dari peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
"Capex untuk membangun rumah sakit BPJS ini sekitar Rp 80 miliar - Rp 100 miliar lebih rendah dibanding rumah sakit biasa Rp 225 miliar - Rp 300 miliar," ujar Patricia.
Lebih lanjut Patrice memaparkan selama Januari - Februari 2017 kinerja MIKA terbilang datar, hal ini karena pada periode sama di 2016 ada gejala demam berdarah. Jumlah pasien diperkirakan akan meningkat pada semester kedua 2017 setelah MIKA menerima pasien BPJS melalui akuisisi yang akan selesai semester dua 2017. Pertumbuhan volume pasien diperkirakan akan naik 6% - 8% di 2017.
Akhmad juga memperkirakan kinerja MIKA akan bagus di tahun ini, didorong beberapa faktor di antaranya yakni MIKA tidak mempunyai utang, kemudian tingkat imbal hasil ekuitas yang tinggi, dan potensi perkembangan sektor jasa layanan rumah sakit yang terbuka lebar ke depannya.
Dia memprediksi pendapatan MIKA di tahun ini akan tumbuh sebesar 13,9% menjadi Rp 2,77 triliun dibanding tahun sebelumnya Rp 2,43 triliun. Kemudian untuk laba bersih ditargetkan tumbuh sebesar 12% menjadi Rp 779 miliar dari tahun sebelumnya Rp 695 miliar.
Nafan juga memprediksi pendapatan MIKA di tahun 2017 akan tumbuh 12% - 13% menjadi Rp 2,75 triliun dari tahun 2016 sebesar Rp 2,43 triliun. Untuk laba bersih MIKA di tahun 2017 diperkirakan akan mengalami kenaikan 21%- 22% menjadi Rp 848.3 miliar dari tahun 2016 sebesar Rp 695.4 miliar.
Patricia bilang, pertumbuhan earning per share (EPS) sebesar 23% pada 2016, sejalan dengan pertumbuhan volume pasien sebanyak 9% pada 2016 dibanding -1% pada tahun 2015 dengan ekspansi margin EBIT 240bps. Program efisiensi biaya MIKA dalam pengadaan obat-obatan dinilai sangat bagus.
Dengan ekspansi gross margin 210bps menjadi 47,5% di tahun 2016. Diperkirakan ekspansi margin kotor yang lebih sederhana yaitu 50 - 100 bps pada 2017, sebab program efisiensi biaya obat masih terus berlanjut. "Meski ekspansi margin lebih lambat, MIKA masih memiliki profitabilitas tertinggi di antara emiten sama," paparnya.
Akhmad merekomendasikan buy dengan target harga Rp 2.950 per saham. Patricia merekomendasikan buy dengan target harga Rp 3.000 dan Nafan merekomendasikan buy dengan target harga Rp 2.940.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News