Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Bursa saham Wall Street jatuh di awal pekan ini. Ketegangan antara negara Barat dengan Arab Saudi yang meningkat soal hilangnya jurnalis Jamal Khashoggi pada 2 Oktober di konsulat Saudi Istanbul, Turki, ikut andil memberi sentimen negatif ke pasar.
Selain itu efek perang tarif impor juga masih membebani bursa saham Amerika Serikat (AS). Mengutip Reuters hingga pukul 10.09 waktu AS, Senin (15/10), indeks Dow Jones Industrial Average turun 55,80 poin atau 0,22% ke level 25.284,19.
Indeks S&P 500 melorot 13,21 poin atau 0,48% menjadi 2.753,92 dan indeks Nasdaq Composite juga turun 71,26 poin atau 0,95% menjadi 7.425,63.
Pasar mencermati perkembangan kasus jurnalis Jamal Khashoggi yang menghilang pada 2 Oktober setelah mengurus dokumen pernikahan di konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki.
Khashoggi yang selama ini kritis dengan Arab Saudi diduga tewas dibunuh dan ini memicu reaksi keras dunia internasional terutama negara-negara Barat. Arab Saudi sendiri membantah dibalik hilangnya Khashoggi.
Presiden AS Donald Trump mengancam akan memberi "hukuman berat" bagi Arab Saudi jika benar Khashoggi tewas di konsulat Saudi di Istanbul. Namun, Arab Saudi telah bersumpah untuk membalas tindakan apa pun untuk menghukum negara kerajaan itu.
"Kami telah memasuki fase yang tidak stabil dan tidak menentu di pasar, terutama didorong oleh percepatan tingkat kekhawatiran," kata Andre Bakhos, Managing Director New Vines Capital LLC seperti dikutip Reuters.
Efek perang dagang juga masih menghantui bursa Wall Street. Goldman Sach mengingatkan tentang lemahnya permintaan dari China akan menambah kekhawatiran tentang dampak perang perdagangan AS-China terhadap laba emiten.
Peringatan Goldman tersebut membuat harga saham Apple jatuh 1,6%. Maklum pelemahan permintaan dari China akan mempengaruhi penjualan iPhone di negara tersebut.
Gambaran paling jelas dari dampak perang perdagangan AS-Cina akan tercermin dari laba emiten di kuartal III 2018. Keuntungan emiten di S&P diperkirakan akan meningkat 21,5%, lebih rendah dari pertumbuhan laba dalam dua kuartal terakhir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News