CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.976   -79,00   -0,50%
  • IDX 7.227   12,30   0,17%
  • KOMPAS100 1.105   2,62   0,24%
  • LQ45 878   2,61   0,30%
  • ISSI 219   0,52   0,24%
  • IDX30 450   1,49   0,33%
  • IDXHIDIV20 542   2,05   0,38%
  • IDX80 127   0,30   0,24%
  • IDXV30 136   0,51   0,38%
  • IDXQ30 150   0,46   0,31%

Bursa saham di Asia Pasifik anjlok terseret rencana China


Rabu, 17 November 2010 / 17:32 WIB
Bursa saham di Asia Pasifik anjlok terseret rencana China
ILUSTRASI. Sentra produksi tempe di Sunter, Jakarta Utara


Reporter: Cipta Wahyana, Reuters | Editor: Cipta Wahyana

SYDNEY. Para investor di pasar Asia menutup transaksi hari ini dengan wajah murung. Sebab, harga saham berjatuhan. Rencana Perdana Menteri China Wen Jiabao dan kabinetnya untuk meredam inflasi di Negeri Tembok Raksasa itu menjadi pemicunya.

Harga saham Rio Tinto Group, perusahaan tambang terbesar ketiga di dunia merosot 3,2% di Sidney setelah harga minyak dan emas melemah di New York malam sebelumnya.

Harga saham Mitsubishi Corp, trader komoditas terbesar di Jepang, juga melemah 0,6%.

Imbasnya, indeks bursa saha di kawasan Asia Pasifik kompak memerah. Indeks Hang Seng di Hong Kong melemah 2% pada penutupan Rabu (17/11). Sementara, indeks bursa Shanghai turun 1,9%.

Di Tokyo, indeks Nikkei 225 hanya menguat tipis 0,2% setelah sempat melemah 1,1%. Kospi di Korea Selatan juga hanya naik 0,1%. Sementara, indeks S&P/ASX 200 di Australia turun 1,6%.

Bursa saham Singapura, Indonesia, Malaysia, India, Pakistan hari ini libur.

Penurunan serentak indeks bursa saham di Asia Pasifik itu membuat indeks MSCI Asia Pasifik melemah 0,9% menjadi 129,47 pada pukul 5:17 waktu Tokyo.

Gambaran itu menunjukkan bahwa kecemasan tengah menyergap para investor. Maklum, rencana China meredam inflasi dengan pengetatan kebijakan moneter bisa berimbas ke mana-mana.

Jika China kembali menaikkan bunga acuan seperti Oktober lalu, kemungkinan besar, belanja masyarakat China akan menurun. Sebab, sebagian dana bakal tersedot ke sistem perbankan yang menawarkan bunga semakin menarik. Padahal, semua orang mahfum, kini China telah menjadi pasar ekspor utama negara-negara di dunia.

Di saat yang sama, kabar buruk juga bertiup dari Eropa. Irlandia tengah menghadapi risiko krisis pasar surat utang terparah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×