Reporter: Petrus Dabu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa jual beli kripto, Bitocto milik PT Wahyucipta Mandirikarya menargetkan jumlah pengguna mencapai 200.000 hingga akhir tahun 2019 mendatang. Saat ini, exchanger yang diluncurkan pada Mei 2018 ini sudah memiliki lebih dari 15.000 pengguna di Indonesia.
"Jumlah user sampai akhir tahun depan kami targetkan minimal 200.000," ujar CEO Bitocto, Milken Jonathan kepada wartawan di Jakarta, Selasa (4/12).
Untuk mencapai target tersebut, mulai tahun depan Bitocto gencar melakukan promosi baik secara online seperti melalui komunitas telegram dan secara offline melalui berbagai event. Bitocto juga akan melakukan edukasi kepada masyarakat agar lebih memahami berinvestasi kripto.
"Kami akan melakukan edukasi tentang apa sih cryptocurrency, bagaimana cara memulai inevstasi, apa yang harus diketahui sebelum memulai investasi dan sebagainya. Kami akan melakukan seminar dan trading workshop," ujarnya.
Saat ini, Bitocto sudah memperdagangkan tiga kripto yaitu Bitcoin, DigiByte dan Dogecoin. Dan rencananya, akhir Desember ini akan ditambahkan Ethereum (ETH). "Semua akan di pairing dengan Rupiah," ujar Jonathan.
Ke depan, Bitocto akan terus menambah aset digital yang diperdagangkan. Untuk kriteria aset sendiri, Jonathan mengatakan akan fokus melisting kripto-kripto berkapitalisasi pasar besar.
Untuk bersaing dengan bursa jual beli kripto lokal yang sudah lebih dulu eksis, Bitocto menerapakan biaya transaksi yang murah. Menurut Jonathan, biaya transaksi di Bitocto berbeda dengan exchange lain yang menerapkan biaya yang sama dan tetap untuk setiap transaksi beli dan jual.
Sedangkan, di Bitocto biaya transaksi baik beli maupun jual, ditentukan berdasarkan level. Makin tinggi akumlasi jumlah transaksi di Bitocto, maka makin rendah biaya transaksi. Untuk level pertama misalnya biayanya sebesar 0,2% untuk akumulasi transaksi di bawah Rp 150 juta dan level dua sebesar 0,195% untuk akumlasi transaksi Rp 150 juta. Sedangkan level 10 dimana akamulasi transaksi sudah mencapai lebih dari Rp 15 miliar dikenakan biaya trading sebesar 0,14%.
Demikian juga untuk biaya penarikan dana (withdrawal), bila di sejumlah exchange ditetapkan berdasarkan persentase tertentu, di Bitocto menggunakan sistem flat yaitu untuk penarikan Rp 5 juta ke bawah dikenakan biaya Rp 25.000. Sedangkan lebih dari Rp 5 juta sebesar Rp 50.000.
Jonathan mengatakan tantangan industri kripto di Indonesia saat ini adalah masih adanya persespi negatif dari masyarakat yang menghubungkan kripto dengan money game. Padahal, menurutnya kripto adalah produk teknologi blockchain yang kini dilabeli sebagai komoditi oleh pemerintah Indonesia.
Persepsi negatif ini menurutnya bisa diatasi melalui edukasi kepada masyarakat. Selai itu, ia juga berharap agar lembaga-lembaga pemerintah memiliki satu suara dalam memberikan keterangan soal kripto kepada publik.
"Siakap dari regulator kita tidak bisa menggunakan cryptocurrency atau Bitcoin salah satunya untuk melakukan pembayaran, sama seperti mata uang AS, Dollar atau emas, kita tidak bisa melakukan itu untuk melakukan pembayaran. Tetapi untuk melakukan investasi, saat ini masih tidak bermasalah. Dan kami hanya bisa wait and see untuk melihat jawaban yang pasti dan satu arah dengan regulator. Kebetulan kami juga sudah bergabung dalam Asosiasi Blockchain Indonesia di mana kami ke depannya akan melakukan meeting dengan regulator dalam sistem yang close forum," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News