Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada paruh kedua tahun ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) akan meluncurkan tiga indeks baru yaitu IDXvalue30, IDXgrowth30, dan Indeks Hijau (Green Index). Upaya ini dilakukan bursa untuk memberikan opsi kepada investor, penerbit reksadana, fund manager dalam berinvestasi.
Indeks IDXvalue30 dan IDXgrowth30 akan dirilis pada 23 Agustus 2019 mendatang. Anggota dari indeks-indeks ini diambil dari IDX80 yang berisi saham-saham dengan likuiditas dan kapitalisasi pasar yang baik.
Kelak, IDXvalue30 berisikan emiten yang punya price earning ratio (PER) rendah sehingga valuasinya murah. Kemudian, indeks IDXgrowth30 beranggotakan emiten dengan PER tinggi sehingga valuasinya mahal.
Baca Juga: Emiten Papan Akselerasi bisa naik kelas ke Papan Pengembangan dan Utama
Sementara Green Index akan berisikan konstituen yang dipilih berdasarkan kriteria enviromental social governance (ESG). Kriteria ini mempertimbangkan bagaimana kinerja sebuah perusahaan dapat bersinergi dengan alam.
Kepala riset Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy menilai di antara tiga indeks tersebut yang paling menarik adalah indeks hijau.
“Sebab kalau indeks value30 dan growth30 bisa saja dijadikan alternatif pedoman investasi tapi sampai saat ini kebanyakan fund manager masih pedomannya ke indeks LQ45,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (31/7).
Baca Juga: BEI: Pencatatan di Papan Akselerasi sudah berlaku 22 Juli
Robertus menilai indeks hijau paling menarik. Sebab saat ini banyak investor lokal dan luar negeri yang selektif investasi hanya di saham-saham hijau atau yang memenuhi standar ESG.
Ke depannya, bursa punya tanggung jawab untuk membuat indeks-indeks baru yang lebih ketat lagi dan menyaring emiten-emiten yang punya indikator pelestarian lingkungan. Robertus bilang, peluang indeks ini pertumbuhannya akan cepat karena peluangnya masih bagus.
Sebelumnya Direktur Pengembangan Hasan Fawzi menjelaskan IDXVALUE30 dan IDXGrowth30 dipilih berdasarkan anggota konstituen IDX80 sehingga salah satu pra-syarat masuk indeks ini karena kapitalisasi pasar yang besar dan likuiditasnya yang sudah terpercaya.
“Selama ini kalau investor mau cari saham-saham murah, biasanya akan berujung pada saham second atau third liner yang murah tapi enggak likuid. Atas latar belakang ini bursa menyediakan indeks baru sebagai underlying investor dan fund manager,” jelasnya.
Hasan menegaskan terpilihnya saham-saham yang masuk dalam konstituen indeks value dan growth bukanlah yang termahal atau termurah di seluruh pasar, tapi khusus yang berada di IDX80.
Baca Juga: Manajer investasi sambut positif rencana BEI hapus biaya transaksi reksadana ETF
Selain itu mengenai indeks hijau (green index) masih dalam tahap persiapan. Namun, Hasan menjelaskan ESG ini sudah memiliki scoring yang sudah diakui oleh investor potensial. Nantinya skema scoring ada beberapa opsi, bisa dengan mengambil 30 saham terbaik sehingga menjadi top30 ESG investment, atau bisa juga dari likuiditasnya.
Hasan menceritakan sedkit latar belakang dibuatnya green index karena saat ini indeks hijau baru Sri Kehati yang punya. Di samping itu, BEI juga mendapat banyak permintaan dari fund manager yang sudah selektif mulai berinvestasi di saham-saham hijau.
Baca Juga: BEI terapkan aturan free float, begini rekomendasi analis
Beberapa kunci penting emiten hijau ini adalah secara transparan punya scoring compliance yang sesuai dengan standard keberpihakan pada lingkungan. Jadi nanti saham emiten sektor tembakau atau batubara kemungkinan besar tidak bisa masuk dalam indeks ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News