kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bursa Asia tertekan potensi perang dagang AS dan krisis Argentina


Jumat, 31 Agustus 2018 / 08:38 WIB
Bursa Asia tertekan potensi perang dagang AS dan krisis Argentina
ILUSTRASI. Bursa Asia - Jepang NIKKEI


Sumber: Reuters | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Bursa Asia tertekan pada perdagangan pagi ini, Jumat (31/8), oleh kabar Presiden Amerika Serikat Donald Trump sudah bersiaga meningkatkan tensi perang dagang dengan China. 

Tak hanya itu, berbagai kurs emerging market pun melemah setelah peso Argentina tetap jatuh meski bank sentralnya sudah menaikkan bunga menjadi 60% tadi malam.

Alhasil, pagi ini, Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,2% di awal perdagangan. Sedangkan Indeks Nikkei Jepang jatuh 0,8%. Pada penutupan perdagangan bursa AS dini hari tadi, Indeks S&P 500 melemah 0,44%.

Presiden Trump dikabarkan sesegera mungkin menerapkan tarif bea masuk tinggi antara 10%-25% terhadap US$ 200 miliar produk impor dari China, setelah periode dengar pendapat publik selesai pada 6 September mendatang. Itu artinya, keputusan Trump membidik produk China di tranche yang baru ini, bisa keluar pada pekan depan. 

Tak hanya itu, pada Bloomberg, Trump juga mengatakan, akan keluar dari World Trade Organization (WTO) jika badan penyelesaian sengketa dagang antarnegara itu tak bisa "menyesuaikan" dengan keinginan AS. Trump menyebut, WTO selama ini telah merugikan AS. 

"Meski diragukan, pemberlakuan tarif akan berlaku dalam waktu cepat, perang dagang dikhawatirkan akan mulai memudarkan optimisme global setelah melihat data ekonomi AS yang positif," kata Ayako Sera, Market Economist Sumitomo Mitsui Trust Bank pada Reuters. 

Tensi perang dagang ini menguntungkan yen yang melonjak 0,6% pada Kamis, dan dilanjutkan bergerak flat di kisaran ¥ 111,04 terhadap dollar AS. 

Tapi, pukulan terhadap kurs emerging market masih berlanjut, setelah Argentina akhirnya menaikkan bunga 15 persen poin menjadi 60% kemarin, lantaran peso mengalami penurunan terbesar dalam tiga tahun terakhir. 

Real Brasil juga mendekat rekor terendahnya sejak September 2015, dan mencatat penurunan hampir 10% sepanjang Agustus. Sedangkan lira Turki sampai pagi ini sudah jatuh sekitar 11% dalam sepekan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×