kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bursa Asia stagnan antisipasi hasil FOMC


Rabu, 21 Maret 2018 / 08:40 WIB
Bursa Asia stagnan antisipasi hasil FOMC
ILUSTRASI. Bursa Asia


Reporter: Dupla Kartini | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Bursa Asia dibuka hampir stagnan pada perdagangan Rabu (21/3). Pelaku pasar memilih wait and see mengantisipasi pertemuan dua hari pejabat FOMC yang membahas suku bunga dan kebijakan moneter.

Mengutip Reuters, Rabu pukul 08.10 WIB, indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang, hampir tidak beranjak setelah empat hari berturut-turut melorot.

Sementara, indeks Australia S&P/ASX 200 dibuka naik tipis 0,06%, dan Kospi menguat 0,20%. Adapun, indeks Nikkei N225 ditutup untuk liburan domestik.

Investor berhati-hati masuk ke pasar keuangan, karena menunggu pernyataan dari The Federal Reserves terkait peluang kenaikan suku bunga pada tahun ini. Di sisi lain, mata uang negara pengekspor diguncang oleh ketakutan terhadap perang dagang.

Saham global reli pada tahun lalu, namun tahun ini dimulai dengan tren yang melemah, karena kombinasi risiko kenaikan suku bunga yang lebih cepat di Amerika Serikat dan kekhawatiran terhadap proteksionisme.

"Pecahnya tren bullish mulai terlihat. Ancaman perang dagang kembali ke puncak risiko, diikuti oleh inflasi dan perlambatan pertumbuhan global," kata Michael Hartnett, kepala strategi investasi di BofAML, seperti dilansir Reuters, Rabu.

"Investor belum bertindak dalam ketakutan ini. Tingkat bunga dan laporan pendapatan menjaga pergerakan bullish," lanjutnya.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump diperkirakan akan mengumumkan bea masuk barang China ingga US$ 60 juta pada Jumat. Langkah tersebut dilakukan setelah Trump memberlakukan tarif impor baja dan aluminium awal bulan ini.

Investor khawatir tindakan Trump bisa meningkat menjadi perang dagang total jika China dan negara-negara lain melakukan tindakan balasan atau tindakan yang lebih keras, yang mengancam pertumbuhan global.

"Risiko akan tampak bahwa sentimen yang memburuk terhadap pasar China dapat membuat dollar Australia terekspos, mengingat kurangnya dukungan imbal hasil," kata Hartnett. Sebagai gambaran, yield AS cenderung naik di atas Australia pada pekan ini.

Dari pasar komoditas, harga minyak mentah menguat. Investor waspada terhadap meningkatnya pasokan minyak mentah, meskipun ketegangan antara Arab Saudi dan Iran memberikan beberapa dukungan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×