Reporter: Fitri Nur Arifenie, Didik Purwanto, Roy Franedya, Ruisa Khoiriyah, KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Buntut dari hajatan pelepasan saham perdana atau initial public offering (IPO) Garuda Indonesia yang berujung pada kerugian para Joint Lead Underwriter (JLU), masih terus berlanjut. Satu-satu BUMN mendadak muncul dan mengaku siap menolong PT Bahana Securities, satu dari tiga JLU yang modalnya paling banyak tergerus karena IPO Garuda.
Perusahaan Penjamin Aset (PPA) mengungkapkan sudah menyiapkan dana dari kas internalnya untuk membantu permodalan Bahana Securities. Sekretaris PPA Renny Rorong menuturkan, dana talangan yang disiapkan kisarannya ratusan miliar. "Jauh di bawah Rp 1 triliun. Kami akan berikan dalam bentuk utang yang bisa dikonversi menjadi saham," ujarnya, Kamis (17/3).
Renny menuturkan, Bahana memang sempat datang ke PPA menanyakan kemungkinan kerjasama tersebut. "Kami masih kaji, prinsipnya kami siap meski nanti putusan akhir tetap di tangan Menteri Negara BUMN," tandasnya.
Namun, konversi sahamnya masih dikaji apakah akan ke Bahana Securities atau ke induknya yakni Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI).
"Mungkin ke BPUI-nya," kata Renny. PPA berniat membentuk konsorsium dan mencari partner yang tepat untuk skema "melamar" Bahana ini. Dengan pemberian pinjaman itu nanti, jelas Renny, kemungkinan besar Bahana akan menjaminkan saham Garuda.
Pelamar Bahana yang kedua yakni Bank BNI. Bank pelat merah beraset ketiga terbesar ini mengaku juga berniat membeli Bahana yang sedang terpuruk akibat IPO Garuda. Namun, "lamaran" BNI bersyarat. "Kami mau saja asal pemerintah mengizinkan untuk mengonversi langsung obligasi rekapitalisasi dalam bentuk saham salah satu perusahaan BUMN. Di luar mekanisme itu, kami tidak mau," kata Direktur Utama BNI Gatot M. Suwondo. Nilai obligasi rekap BNI mencapai Rp 17,1 triliun.
Deputi BUMN Bidang Restrukturisasi dan Privatisasi Pandu Djajanto menegaskan, pemerintah sebagai pemegang saham BNI dan Bahana mengaku belum menyetujui rencana ini. "Itu masih dalam konteks bussiness to bussiness," katanya.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo bilang, kemungkinan penukaran obligasi rekap dengan saham belum ada. "Kalau mau, ya harus mendapat izin pemerintah dulu," katanya.
Presiden Direktur Bahana Securities Eko Yuliantoro mengakui memang ada pembicaraan dengan dua BUMN tersebut. "Kalau mau membantu ya alhamdulillah. Tapi itu kan masih sebatas wacana dari mereka. Kami ini obyeknya," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News